Luhut Sebut Bila Kuasai Lithium, RI Bisa Pengaruhi Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia bisa memiliki industri lithium baterai pada 2023. Hal ini bisa terealisasi jika penandatanganan kerja sama pembangunan industri baterai dengan investor dapat dilakukan Maret 2021, maka dalam 18-24 bulan kemudian Indonesia bisa memiliki smelter tembaga.
Smelter tersebut dapat menghasilkan asam sulfat yang digunakan untuk produksi baterai lithium, sehingga pada 2023 Indonesia bisa memproduksi baterai. Hilirisasi menurutnya memberikan nilai tambah dari segala hal termasuk membuka lapangan pekerjaan dan pendapatan negara.
"Semua orang apresiasi dengan hilirisasi karena semua ada, nilai tambah ada misalnya nikel, nilai ekspor besi baja akan masuk US$ 10 miliar, itu mengalahkan kendaraan roda empat, ini belum sampai lithium baterai," kata Luhut, Rabu (25/11/2020).
Dia mengharapkan ke depannya investasi yang masuk dengan teknologi tinggi yang bisa mengolah nikel dan hasil bumi RI. Pihaknya pun tengah menyusun peta jalan hilirisasi enam sumber daya alam, seperti bauksit, nikel, tembaga, bersama dengan perguruan tinggi UI, ITB, dan UGM. Hasil kajian ini akan selesai pada 30 November dan akan dilaporkan ke Presiden Joko Widodo.
"Indonesia memiliki cadangan metal yang cukup menjadi pemain itu, kita punya semua 80%, kita harus menjadi bagian global supply chain. Kalau Indonesia jadi bagian global supply chain kita juga akan memberikan pengaruh pada dunia," katanya.
Saat ini Sulawesi menjadi episentrum nikel di Indonesia. Berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton (tereka 5.094 juta ton, terunjuk 5.094 juta ton, terukur 2.626 ton, hipotetik 228 juta ton) dan cadangan bijih sebesar 4.346 juta ton (terbukti 3.360 juta ton dan terikira 986 juta ton). Sedangkan untuk total sumber daya logam mencapai 174 juta ton dan 68 juta ton cadangan logam.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.