Melihat Geliat Ekonomi Warga Sekitar Kawasan Industri Nikel di Konawe
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Fasilitas pengembangan, pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara yakni Kawasan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), belakangan ramai dibicarakan terkait rencana mendatangkan 500 TKA China ke Indonesia.
Kawasan industri yang sudah berdiri sekitar enam tahun sejak 2014 ini diakui masyarakat sekitar memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi Desa Puurui, Kecamatan Morosi, yang terletak di sebelah timur laut Kabupaten Konawe.
Saat ini, banyak ditemui usaha kecil-menengah yang dijalankan oleh warga sekitar pabrik seperti warung makan, laundry, dan juga kos-kosan. Salah satunya, Sasto (53) warga setempat yang sebelumnya bekerja serabutan namun sekarang adalah pemilik rumah makan dengan omset jutaan per hari.
“Dulu di sini seperti kampung mati, sekarang ramai. Waktu saya datang saja di sini bisa dihitung, kurang lebih cuma ada 10 rumah saja. Sekarang sudah ribuan rumah. Bahkan satu orang itu ada yang punya 100-200 kamar yang disewakan,” ujar Sasto yang ditemui pada Minggu (31/5/2020). Berdasarkan penuturan Sasto, omset warung makan bergantung pada para pekerja pabrik yang diantaranya diisi para pekerja lokal dan pekerja asing.
Selain Sasto, Ponikem (53) adalah petani sayur yang kini berubah menjadi pemilik kosan dengan 20 kamar setelah adanya pembangunan smelter (tungku pengolahan bijih nikel) di kawasan tersebut. Ponikem juga menuturkan banyak anak-anak muda yang tadinya pengangguran juga terserap menjadi tenaga kerja di kawasan tambang. “Kondisi sekarang alhamdulillah, lebih baik," terangnya.
• Pamit Risma ke Warga Saat Hari Jadi Kota Surabaya: Maaf Kalau Ada Perilaku yang Kurang Berkenan
• Pemerintah Dikritik Serahkan Rancangan Perpres Tugas TNI Atasi Terorisme TNI Saat Pandemi Covid-19
Senada dengan Ponikem, Kepala Desa Puurui, Mahadi (52), juga menceritakan semakin banyak masyarakat sekitar yang direkrut sebagai karyawan. Hal ini merupakan dampak yang sangat positif, karena kehadiran industri tersebut membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu.
“Perusahaan itu sebenarnya sudah merekrut, bahkan ada yang diberangkatkan untuk belajar ke China. Termasuk warga di sini, kurang lebih ada 40 karyawan dikirim ke China untuk belajar selama sekitar 1 tahun. Setelah selesai pendidikan, jabatan mereka langsung naik,” ujar Mahadi dalam keterangannya kepada wartawan.
Mahadi juga menyampaikan bahwa banyak manfaat yang dirasakan langsung oleh warga, salah satunya adalah pembangunan jalan desa yang sekarang sudah dicor beton, sehingga akses jalan warga jadi semakin baik.
“Kalau untuk di desa yang sudah nyata ini jalan di desa sudah dicor, karena untuk dana pemerintah tidak akan mampu, ini sudah nyata, sudah jelas ada pembangunannya,” tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Melihat Geliat Ekonomi Warga Sekitar Kawasan Industri Nikel di Konawe, https://jakarta.tribunnews.com/2020/06/01/melihat-geliat-ekonomi-warga-sekitar-kawasan-industri-nikel-di-konawe.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.