JAKARTA. Emiten sektor pertambangan konsisten memimpin pergerakan pasar saham. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), indeks sektor pertambangan sudah naik 29,68%, jauh di atas sektor lain seperti konsumer yang tumbuh 12,17% (ytd) dan sektor infrastruktur dengan peningkatan 12% (ytd).
Beberapa emiten tambang juga menjadi saham penggerak sepanjang tahun ini. Misalnya PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang harganya sudah naik 64% (ytd) dan menyumbang kenaikan 10 poin dari total performa IHSG. Khusus di bulan Juni, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu penggerak indeks yang menyumbang kenaikan 3,6 poin terhadap IHSG.
Sejumlah saham tambang dinilai masih berpotensi memberi return positif di tahun ini. Para analis yang dihubungi KONTAN menilai, saham pertambangan yang tahun lalu banyak dihindari, kini mulai bisa dikoleksi untuk jangka panjang.
Analis Minna Padi Investama, Christian Saortua menilai, saham pertambangan terkerek kenaikan harga batubara dan minyak. Selain itu, beberapa emiten masih bisa mencetak untung di tengah kondisi sulit. Ini menjadi indikasi ada peluang perbaikan di sektor tambang.
Sejumlah emiten tambang, khususnya batubara, juga mendiversifikasi usaha seperti masuk bisnis pembangkit listrik (power plant). Ambil contoh, ADRO dan PTBA. "Mulai ada kejelasan di proyek power plant," ujar Christian.
Salah satu emiten pertambangan yang juga memberi return tinggi adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Emiten pelat merah ini sudah mencetak return 134% (ytd). Menurut Christian, ekspansi ANTM dengan membangun berbagai proyek smelter menjadi daya tarik. Di saat yang sama, harga emas semakin menarik.
Selain itu, saham sektor migas mendapat dorongan positif. Misalnya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) yang memberi return tinggi. Saham MEDC naik 86,16% sepanjang tahun ini. Jika harga minyak bisa di atas US$ 50 per barel, kata Christian, saham di sektor ini bisa semakin meningkat.
Meski saham pertambangan melonjak tinggi, perlu diketahui volatilitas mereka juga besar. Maklum, sektor ini banyak digerakkan oleh sentimen harga komoditas yang masih belum pasti.
Analis First Asia Capital, David Sutyanto menilai, tingginya pergerakan harga saham emiten pertambangan lebih disebabkan valuasi harganya yang sudah murah, diukur melalui price earning ratio (PER), sehingga menjadi buruan investor.
Di sisi lain, saham defensif seperti konsumer dan infrastruktur sudah mahal. "Sehingga, tahun ini tak banyak yang bisa menjadi pilihan. Saham tambang yang masih murah akhirnya menjadi pilihan," imbuh David.
Meski masih dirundung ketidakpastian soal harga komoditas, David yakin, rapor emiten tambang tahun ini akan lebih positif dibanding tahun lalu. Sehingga, lebih baik, saham pertambangan dikoleksi dalam jangka panjang. "Kalau jangka pendek, justru volatilitasnya masih tinggi," kata dia.
Menurut David, beberapa perusahaan yang bisa menjadi salah satu pilihan investasi jangka panjang karena memiliki prospek fundamental bagus adalah ADRO dan PTBA. Christian juga merekomendasikan buy ADRO dengan target Rp 1.100 per saham. Sementara saham lain sudah bergerak cukup tinggi, sehingga sebaiknya wait and see sejenak.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.