JAKARTA- Akhir tahun lalu PT Antam (Persero) Tbk (Antam) menyatakan target produksi komoditas nikel dan emasnya terlampaui. Perihal proyeksi keuntungan, Sekretaris Perusahaan Trenggono Sutioso mengatakan masih menunggu audit laporan keuangan.
Menurut Trenggono, selama tahun 2016 perusahaannya telah melakukan berbagai upaya agar tetap memiliki daya saing. Diantaranya dengan mempertahankan biaya produksi tetap berada di bawah harga jual komoditas.
“Efisiensi menjadi salah satu strategi untuk menghadapi volatilitas harga” ujar Trenggono. “Tahun 2016 Antam mencatat efisiensi Rp48,7 miliar atau 134% dari target” tambahnya.
Trenggono menyatakan di tahun 2017 diharapkan akan menjadi momentum bagi Antam sejalan dengan perbaikan harga komoditas. Beberapa analis mengatakan ditutupnya beberapa tambang nikel di Filipina akan mendorong kenaikan harga nikel.
“Dengan potensi kenaikan harga nikel ini kami optimis bisa meningkatkan marjin keuntungan dari bisnis nikel di 2017” ujar Trenggono. “Apalagi capaian biaya tunai Antam tahun 2016 sangat baik, turun 21% dibandingkan 2015,” katanya.
Selama tahun 2016 Antam mencatat capaian biaya tunai US$3,39 per pon. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan biaya tunai feronikel tahun 2015 yang sebesar US$4,31 per pon. Menurut Trenggono dengan hal itu perusahaannya termasuk dalam salah satu produsen feronikel berbiaya rendah di dunia.
Selain efisiensi, perusahaan berkode ANTM itu berhasil melampaui target produksi feronikel tahun 2016 dengan mencatat 20.293 ton nikel dalam feronikel (TNi). Angka itu naik 18% dibandingkan produksi 2015 yang sebesar 17.211 TNi.
Di tahun 2017, ANTM menargetkan peningkatan produksi dan penjualan komoditas utama feronikel dan emas. Untuk feronikel, ANTM menargetkan volume produksi sebesar 24.100 TNi, lebih tinggi 19% dibandingkan dengan produksi tahun 2016 sebesar 20.293 TNi.
Dari sisi penjualan bijih nikel, setelah menjual secara domestik di tahun 2016, Antam akan memiliki peluang mengekspor bijih nikel berkadar rendah.
Menurut riset perusahaan NH Korindo sekuritas, dalam jangka pendek, ANTM dapat memanfaatkan melimpahnya bijih nikel kadar rendah yang dimilikinya dan akan berkontribusi terhadap 13,5% dari total penjualan pada 2017. Untuk diketahui, di tahun 2016 komposisi penjualan bijih nikel ANTM hanya mencapai 3,2%.
Ke depannya banyak yang memperkirakan kinerja Antam juga akan semakin mengkilap. Emiten ini diketahui tengah melakukan finalisasi dalam hal mempersiapkan proyek-proyek hilirisasi lanjutan. Momentum kebijakan ekspor mineral yang baru-baru ini dikeluarkan Pemerintah rencananya akan dimanfaatkan untuk melanjutkan hilirisasi untuk lebih memperbesar kapasitas produksi
Antam sendiri sudah melakukan hilirisasi mineral sejak tahun 1974 melalui pengoperasian pabrik feronikel FeNi I. Saat ini Antam tengah membangun pabrik feronikel Haltim yang pada saat selesainya akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel menjadi 40.000-43.500 TNi per tahun. (gor)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.