REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sampai saat ini, divestasi saham PT Freeport Indonesia (FTFI) belum juga rampung diselesaikan. Padahal, Presiden Joko Widodo mengharapkan divestasi saham Freeport bisa selesai pada akhir April 2018.
Mengenai hal tersebut, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengungkap beberapa penyebab mengapa divestasi saham Freeport sebesar 51 pesen belum juga selesai.
"Sebenarnya masalahnya ada empat," kata Budi di Plaza Mandiri, Jakarta Selatan, Ahad (20/5).
Masalah pertama yang menghambat adalah karena perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport. Kedua, kata dia, pembangunan smelter Freeport juga belum diselesaikan.
Penyebab ketiga, yaitu begitu juga dengan divestasi yang di mana Inalum juga terlibat di dalamnya. Lalu keempat, lanjut Budi, mengenai persoalan stabilitas investasi seperti royalti dan pajak.
"Jadi yang Inalum ikut hanya yang divestasi. Tapi permintaan Freeport adalah keempatnya harus selesai berbarengan. Jadi kalau ditanya ini kenapa, ya karena semuanya belum selesai. Masih harus diselesaikan secara terintegrasi," jelas Budi.
Budi menegaskan pihaknya hanya berhak menjelaskan yang berkaitan dengan Inalum. Untuk Inalum sendiri, Budi memastikan sudah ada kemajuan signifikan pada pekan lalu dan hanya tinggal menyelesaikan beberapa hal kecil lagi.
Sayangnya Budi enggan mengungkapkan beberapa hal kecil yang tengah diselesaikan tersebut. "Itu saya nggak boleh ngomong. (Cuma) bisa bilang sudah ada kemajuan signifikan terkait divestasi," tutur Budi.
Hingga awal April 2018, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan belum bisa mengungkapkan hasil negosiasi saham Freeport. Jonan mengaku belum mendapatkan laporan terkait negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan Freeport.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.