Menyelundupkan Nikel Rp 13,7 Miliar, Warga Korea Jadi Tersangka
KARIMUN, KOMPAS.com - Kapal MV Pan Begonia bermuatan 45.000 ton bijih nikel hasil tambang di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, berhasil diamankan pada Februari 2020 lalu. Kapal ini diamankan saat melintasi perairan timur Mapur, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada tanggal 11 Februari 2020 silam. Diduga bijih nikel bernilai Rp 13,7 miliar itu hendak diselundupkan ke Singapura.
Kendati demikian, kapal tersebut malah ditemukan melintasi perairan timur Mapur yang akan mengarah ke Singapura.
"Ekspornya sudah dibatalkan, tapi ternyata kapal tetap berangkat," kata Agus saat menggelar konfrensi pers di Kanwil DJBC Karimun, Kamis (18/6/2020). Tim patroli melakukan pemeriksaan dan berhasil mendapatkan bijih nikel senilai Rp 13,7 miliar dari dalam kapal super tanker MV Pan Begonia yang memiliki ukuran 190 x 33 meter. Seorang warga Korea berinisial PMS yang bertindak sebagai nakhoda juga telah ditetapkan sebagai tersangka. "Penyidik BC Kepri menilai WN Korea itu bertanggung jawab atas aktivitas bongkar-muat bijih nikel itu, karena yang bersangkutan sebagai nakhoda kapal," kata Agus. Baca juga: 3 Nelayan Hilang Kontak di Perairan Nias Saat ini sudah 41 saksi dimintai keterangan. Mereka adalah kru MV Pan Begonia, pihak perusahaan dan pihak penangkap. Menurut Agus, pihak perusahaan membantah mengetahui dan terlibat dalam ekspor ilegal bijih nikel ini. "Hasil pemeriksaan, diketahui kapal tanker MV Pan Begonia merupakan milik perusahaan Post Maritime TX S.A," kata Agus. Tidak memiliki dokumen Lebih jauh, Agus mengatakan, dari hasil pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, penyidik BC Kepri sama sekali tidak menemukan dokumen pelindung yang sah seperti kepabeanan dan SPB (Port Cleareance).
Saat ini kasusnya langsung dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi Kepri, berikut dengan barang bukti kapalnya. Bahkan pelimpahan kasus penyelundupan bijih nikel senilai Rp 13,7 miliar ini dilakukan langsung di atas kapal. "Secara resmi kasus penyelundupan 45.000 bijih nikel senilai Rp 13,7 miliar ini telah kami limpahkan ke Kejati Kepri," kata Agus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menyelundupkan Nikel Rp 13,7 Miliar, Warga Korea Jadi Tersangka", https://regional.kompas.com/read/2020/06/18/16384731/menyelundupkan-nikel-rp-137-miliar-warga-korea-jadi-tersangka?page=all. Penulis : Kontributor Batam, Hadi Maulana Editor : Abba Gabrillin
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.