Milenial Perlu Tahu 10 Hal soal RI akan Ambil 51% Saham Freeport
Jakarta - Akuisisi saham (divestasi) PT Freeport Indonesia (PTFI) oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dikatakan memiliki beragam keuntungan untuk Indonesia. Sementara nilai pembelian saham sebesar US$ 3,85 miliar dianggap cukup logis.
"Sebagai gambaran, dengan harga emas saat ini nilai cadangan terbukti emas yang dikelola Freeport di Papua ditaksir sebesar US$ 41 miliar. Nilai tersebut belum termasuk potensi-potensi cadangan di blok yang saat ini belum dikelola. Jika dilihat dari aspek bisnis, mengeluarkan biaya investasi sekitar US$ 3,85 miliar untuk potensi pendapatan dari nilai cadangan emas US$ 41 miliar atau sekitar 1.065% dari nilai investasi, pada dasarnya cukup logis," ungkap Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Nitinegoro, dalam keterangan tertulis, Rabu (26/9/2018).
Adapun beberapa keuntungan yang didapat dari divestasi Freeport Indonesia oleh Inalum terangkum dalam serba-serbi berikut:
1. Cadangan Emas Terbesar
PT Freeport Indonesia (PTFI) mengelola tambang Grasberg di Kabupaten Mimika, Papua, yang memiliki cadangan emas terbesar di dunia. Kekayaan tambang tersebut, yang terdiri dari emas, tembaga, dan perak, diperkirakan memiliki nilai lebih dari US$ 150 miliar atau Rp 2.190 triliun, atau sama dengan biaya penyelenggaraan 66 kali Asian Games 2018!
2. Menunggu 51 Tahun
Sejak 1967 negara hanya memiliki 9,36% dari PTFI dan baru sekarang setelah 51 tahun, dengan divestasi saham barulah PTFI akan dimiliki mayoritas (51.2%) oleh negara Indonesia melalui Inalum, sebagai Holding Industri Pertambangan Indonesia.
3. Mahal Tapi Sepadan
Inalum membayar US$ 3,85 miliar atau Rp 56 triliun agar mendapatkan kepemilikan 51,2%. Biaya ini nanti akan tertutup oleh laba bersih PTFI yang rata-rata diatas US$ 2 miliar per tahun setelah 2022.
4. Milik Warga Papua
Dari 100% saham PTFI, 10% nya nanti akan dimiliki oleh pemerintah lokal Papua. Sehingga masyarakat Papua bisa merasakan manfaat langsung dari sumber daya alam-nya.
5. Tidak Gratis
Freeport tidak bisa diambil alih gratis saat kontrak karyanya berakhir di 2021. Kontrak Karya sektor tambang tidak sama dengan sektor minyak dan gas, yang jika konsesi berakhir maka akan secara otomatis dimiliki pemerintah dan dikelola oleh Pertamina.
6. Teknologi yang Kompleks
Indonesia masih memerlukan Freeport dalam mengelola Grasberg, tambang bawah tanah terdalam dan terumit pengelolaannya. Kalau operasi berhenti tambang akan runtuh karena Indonesia belum sepenuhnya memiliki teknologi dan pengetahuan untuk mengelola tambang tersebut.
7. Manfaat bagi Indonesia
Kontribusi PTFI ke Indonesia dari pajak, royalti, pajak ekspor, dividen, dan pungutan lainnya sebesar US$ 756 juta tahun lalu. PTFI adalah salah satu pembayar pajak terbesar di Indonesia.
8. SDM Lokal
PTFI memiliki kapasitas untuk menyediakan 29 ribu lapangan pekerjaan. Hingga Maret 2018, jumlah karyawan di PTFI yang secara langsung direkrut oleh PTFI adalah 7.028. Sekitar 2.888 karyawan adalah orang Papua.
9. Membangun Komunitas Lokal
PTFI di 2018 berkomitmen untuk menyediakan 1% dari total pendapatan untuk pengembangan masyarakat lokal di daerah operasional PTFI. Di 2017, PTFI total menyumbangkan US$ 44 juta dan US$ 33 juta di 2016.
10. Sumber Perekonomian Daerah
Sekitar 90% kegiatan ekonomi 300 ribu penduduk Kabupaten Mimika bergantung pada operasional PTFI. Di masa depan pengembangan ekonomi lokal yang mandiri akan menjadi salah satu prioritas. (idr/ara)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.