PT Timah (TINS) dapat pagu pinjaman Rp 3,8 triliun untuk modal kerja
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) mendapat pinjaman total sebesar Rp 3,8 triliun tahun ini dari dua bank besar yakni Bank Mandiri dan MUFG. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan kinerja produsen tembaga tersebut tahun ini.
Direktur Keuangan TINS Emil Ermindra mengatakan, pinjaman tersebut memiliki bunga yang murah. "Kedua (pinjaman) tersebut sangat membantu kami, karena diberikan bunga yang murah di bawah bunga pasar. Enggak etis kalau disebutkan (bunganya), karena itu hasil nego khusus," ungkap Emil kepada Kontan, Selasa (12/3).
Emil menjelaskan, karena pinjaman tersebut merupakan modal kerja, tenor atau jangka waktu yang diberikan kedua bank tersebut pun sifatnya jangka pendek atau satu tahun. Namun, tenor juga memungkinkan untuk diperpanjang sesuai hasil review bank.
Bahkan, dia menjelaskan bahwa TINS mendapat tambahan plafon atau pagu pinjaman dari kedua bank tersebut. Sehingga, dalam hitungan Kontan.co.id jika ditotal, tahun ini TINS memiliki plafon kredit maksimal hingga Rp 3,8 triliun.
"Bank mandiri memberikan tambahan plafon KMK transaksional sebesar Rp 1 triliun dan MUFG memberikan tambahan sebesar Rp 500 miliar," ujarnya.
Besar pinjaman merupakan plafon atau batas maksimum dari fasilitas kredit modal kerja transaksional yang diberikan oleh kedua bank tersebut, dalam rangka pembiayaan peningkatan usaha operasi dan produksi logam timah.
Pemberian tambahan tersebut sebagai dukungan untuk menunjang kinerja TINS agar dapat menampung bijih timah dari pertambangan rakyat. Tujuannya untuk dapat menjaga perputaran roda perekonomian daerah.
Sebagaimana diketahui, dampak program penertiban Tambang Ilegal yang dilakukan pemerintah melalui kepolisian, menyebabkan smelter swasta tidak dapat membeli bijih timah hasil pertambangan rakyat yang bukan dari IUP milik mereka.
Dengan begitu, tambang timah illegal atau tambang rakyat sudah menjadi salah satu sumber pendapatan utama masyarakat Bangka Belitung (Babel) sejak lama. "Kalau tidak ada yang menampung tentunya akan mengganggu perekonomian daerah," tegasnya.
Untuk itu, secara umum dana pinjaman yang diperoleh TINS lazimnya akan digunakan untuk beberapa alternatif strategi pembiayaan kebutuhan modal kerja yang dapat dipenuhi dari berbagai sumber. Dengan demikian, pinjaman kepada beberapa bank merupakan salah satu strategi pembiayaan kebutuhan modal kerja yang TINS lakukan.
"Tapi, namanya plafon jadi belum tentu dipakai. Kata transaksional artinya bila dibutuhkan sewaktu-waktu karena ada tambahan kebutuhan pembiayaan lonjakan produksi di luar normal," jelas Emil.
Emil juga mengungkapkan, kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) TINS di 2019 mencapai Rp 2,6 triliun. Di mana sebanyak Rp 2,3 triliun akan dimanfaatkan untuk kebutuhan induk dan Rp 300 miliar untuk anak perusahaan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.