PT Timah Tbk berencana melakukan kegiatan penambangan di luar wilayah penambangannya yang ada di Bangka Belitung. Maklum, cadangan timah jenis aluvial milik perusahaan ini diperkirakan akan habis dalam sepuluh tahun mendatang.
Direktur Operasional dan Produksi PT Timah Alwin Albar mengatakan, pihaknya sedang memikirkan langkah untuk melakukan penambangan timah di luar Bangka Belitung atau di daerah regional.
Sayang, Alwin bisa mengungkap lokasi persisnya. Tapi yang pasti, sudah ada data awal dari survei eksplorasi. "Tahun depan kami akan mengumumkan lokasinya. Undangan banyak tapi kita belum lakukan semua." terangnya, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/8).
Saat ini, untuk menekan habisnya cadangan timah jenis aluvial, emiten berkode TINS di Bursa Efek Indonesia ini akan menekankan mengenai skala keekonomian cadangan dengan teknologi alat produksi agar bisa memperpanjang usia cadangan. "Jadi bagaimana membuat kekayaan alam kita menjadi ekonomis," ujarnya.
Sejalan dengan itu, Direktur Keuangan TINS Emil Ermindra menambahkan, pihaknya akan membangun pemurnian mineral (smelter) timah low grade, karena diambil dari lahan primary rock. Walhasil, membutuhkan teknologi yang mampu mengolah bijih timah jenis tersebut. "Investasi smelter ini sekitar Rp 500 miliar," ujarnya, Selasa (8/8).
Sayang, Emil juga belum bisa menjelaskan kapan pembangunan smelter ini akan dimulai.Alwin melanjutkan, pembangunan smelter timah low grade itu mengantisipasi habisnya cadangan timah dari lahan aluvial. Saat ini, TINS belum mendapatkan teknologi peleburan jenis timah tersebut. "Pembangunan membutuhkan waktu 36 bulan, jadi kami lakukan sekarang," ujar Alwin.
Asal tahu saja, pada tahun 2017 ini, TINS menargetkan produksi bijih timah sebanyak 32.000 ton - 35.000 ton. Pada kuartal I-2017, produksi baru mencapai 7.675 ton, naik 125,37% dibandingkan kuartal I-2016, sekitar 3.405 ton.
Alwin optimistis, sampai akhir tahun ini target produksi bisa tercapai. Ini karena ada perbaikan produksi dari bulan Januari sampai Maret lalu, sehingga bisa mencapai target dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). "Saya yakin dan optimistis," tegasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.