JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk nampaknya akan terus menambah cadangan batubara. Saat ini, Bukit Asam memiliki cadangan sebesar 3,33 miliar ton, terbesar di antara pemain batubara nasional.
Untuk menambah stok batubaranya, Bukit Asam akan akuisisi tambang di tahun depan. Dana yang disiapkan lebih dari US$ 100 juta. Dengan cadangan sebesar itu, PTBA bisa melakukan produksi 30 juta ton per tahun sampai 100 tahun ke depan.
Apalagi jika cadangan terus bertambah setiap tahun melalui aksi akuisisi, maka usia PTBA akan lebih dari 100 tahun produksi.
Agar rencana bisnis ini mulus, Selasa (29/11) malam PTBA dan Bank Mandiri meneken kerjasama. Bank Mandiri meminjamkan Rp 1,7 triliun dan US$ 230 juta ke PT Bukit Asam Tbk untuk pengembangan bisnis.
Dari nilai pembiayaan tersebut, sebesar US$100 juta berskema pinjaman fasilitas khusus untuk membiayai belanja modal dan sekitar US$ 130 juta adalah pinjaman treasury line untuk memenuhi kebutuhan likuiditas valas dalam operasional perusahaan.
Selanjutnya, fasilitas supplier financing sebesar Rp 700 miliar dan fasilitas Trust Receipt non LC sebesar Rp 700 miliar untuk memperlancar proses pembayaran kepada pemasok Bukit Asam. Serta, fasilitas invoice financing sekitar p 300 miliar untuk mempercepat penerimaan hasil penjualan batubara Bukit Asam.
Adib Ubaidillah, Sekretaris Perusahaan PTBA, mengungkapkan, pihaknya akan terus melakukan akuisisi tambang. Saat ini dengan jumlah cadangan yang cukup besar di Sumatra, PTBA mulai melirik tambang baru di Kalimantan.
Ada beberapa tambang yang dilihat. Tapi yang jelas perusahaan ini mengincar tambang yang sudah beroperasi. "Kami menginginkan tambang yang memiliki cadangan minimal 100 juta ton dan sudah beroperasi. Jadi, kami tinggal jalan, karena tidak banyak pengembangan-pengembangan yang dilakukan," ujarnya, Selasa (29/11).
Selain itu, PTBA juga tengah fokus menggarap proyek PLTU Mulut tambang Sumsel 8 berkapasitas 2x620 MW. Perusahaan sudah meneken power purchase agreement (PPA) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada September tahun lalu dan merupakan proyek transmisi HVDC yang masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2016-2025.
Dalam pembangunan itu, manajemen memperkirakan kebutuhan dana investasi US$ 1,6 miliar. Sektiar US$ 1,2 miliar dipenuhi dari pinjaman The Export-Import Bank of China, yang didapatkan sejak Maret tahun lalu.
Sinergi dengan KAI
Selain dua ekspansi tadi, PTBA berencana meningkatkan volume produksi. Angkutan PT Kereta Api Indonesia (KAI) kini bisa mengangkut lebih banyak. Bila PT KAI mampu mengangkut lebih banyak, tak menutup kemungkinan realisasi produksi tahun depan lebih tinggi dibanding target.
"Kami optimistis tahun depan, target produksi 28 juta ton realistis, karena kami tergantung kereta api, kalau mengangkut lebih tinggi sangat baik," lanjut Adib. Tahun ini, target produksi batubara emiten BUMN ini sekitar 25,75 juta ton.
Sementara itu, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menyatakan, kerjasama dengan KAI akan meningkatkan hubungan PTBA dengan KAI. Ini juga bisa mempermudah modal kerja yang dibutuhkan KAI dan bisa membawa batubara PTBA lebih banyak lagi. PTBA selama ini memang amat mengandalkan KAI,
"Kalau mengeluarkan batubara itu kecil, tapi kalau tidak bisa ngangkut, kita tidak bisa bayar utang," tegas Arviyan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.