JAKARTA. Kementerian Perindustrian terus mematangkan pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa. Hingga akhir tahun 2016, tiga kawasan industri yang sudah beroperasi adalah di Sei Mangkei, Morowali dan Bantaeng.
Kawasan Industri Morowali seluas 2.000 hektare (ha) dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park. Kawasan terintegrasi ini akan menarik investasi sebesar US$ 6 miliar, menyerap tenaga kerja langsung sekitar 20.000 orang dan tidak langsung sebanyak 80.000 orang.
Kemudian, Kawasan Industri Bantaeng memiliki luas 3.000 ha, diperkirakan akan menarik investasi sebesar US$ 5 miliar atau setara Rp 65 triliun (kurs Rp 13.000 per dollar AS), dengan Harbour Group bertindak sebagai investor. Kedua kawasan tersebut masuk dalam kawasan pengembangan industri smelter berbasis logam. "Kawasan industri Bantaeng sudah diisi oleh beberapa perusahaan," kata Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemperin Imam Haryono ke KONTAN, Kamis (13/7).
Sedangkan kawasan industri Sei Mangkei, Sumatra Utara berdiri di atas lahan seluas 2.002 ha dengan investasi Rp 9,5 triliun. Kawasan industri ini fokus pada pengembangan industri pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sendiri berupaya menarik investor Korea Selatan agar melakukan perluasan usahanya ke kawasan industri luar Jawa. Khususnya di Sei Mangkei dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Sesditjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemperin Ignatius Warsito mengatakan, selain tiga kawasan itu, ada 14 kawasan industri di luar Jawa yang ditargetkan selesai tahun 2019. "Saat ini baru tiga yang sudah beroperasi. Sisanya masih dalam proses pembangunan, tapi belum bisa selesai tahun ini," kata Warsito.
Ke-14 kawasan tersebut yakni, Bintuni (Papua Barat), Bitung (Sulawesi Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Morowali (Sulawesi Tengah), Konawe, Buli (Halmahera) dan Bantaeng (Sulawesi Selatan).
Lalu, Jorong (Kalimantan Selatan), Batu Licin (Kalimantan Selatan), Ketapang (Kalimantan Barat), Landak (Kalimantan Barat) , Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Sei Mangkei (Sumatera Utara), Tanggamus (Lampung).
Airlangga menilai, prospek pengembangan kawasan industri di Indonesia masih menjanjikan, seiring permintaan lahan semakin meningkat. Untuk itu, kawasan industri harus saling terkoneksi dan terintegrasi agar dapat meningkatkan daya saing.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.