Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB berencana akan menggelar rapat koordinasi terkait percepatan pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Pemprov menginginkan PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), untuk merealisasikan pembangunan smelter terlebih dahulu, sedangkan industri turunannya dapat belakangan.
‘’Kita ingin sekarang, smelter itu dia bangun dulu. Kemudian nanti kita pastikan apa industri turunannya,’’ kata Kepala Bappeda NTB, Ir. Wedha Magma Ardhi, M.TP dikonfirmasi Suara NTB, Kamis, 31 Oktober 2019.
Ia mengatakan, pada Jumat, 1 November 2019 hari ini, rencananya akan dilaksanakan rapat koordinasi membahas percepatan pembangunan smelter. Dalam Rakor tersebut telah diundang Presiden Direktur (Presdir) PT. AMNT, Rachmat Makassau. ‘’Kita besok itu (hari ini, Red) akan dilaporkan progresnya seperti apa,’’ kata Ardhi.
Pemprov NTB sudah membentuk tim percepatan pembangunan smelter dan industri turunannya. Pembangunan smelter merupakan kewajiban perusahaan tambang sesuai amanat UU. Smelter AMNT yang ada di KSB harus beroperasi 2022 mendatang. Baca juga: Wagub : Usaha Pertambangan Harus Ramah Lingkungan
Progres pembangunan smelter terus dikawal tiap bulan. Sesuai ketentuan, smelter di KSB harus tuntas Januari 2022. Kapasitas smelter yang akan dibangun PT. AMNT sebesar 1,3 juta ton setahun. Sebelumnya, PT. AMNT berencana akan membangun smelter dengan kapasitas 2,6 juta ton konsentrat per tahun.
Pabrik smelter dan industri turunannya di KSB membutuhkan listrik sekitar 500 MW. Sesuai dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), PT. AMNT akan membangun sendiri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik smelter dan industri turunannya.
“Dia (AMNT) bangun sendiri. Tapi nanti bisa saja sama PLN, bussines to bussines (B to B). Tapi dia rencana bangun sendiri PLTU. (Kapasitas) mungkin sekitar itu, antara 300 – 500 MW,” kata Kepala Bidang Energi Dinas ESDM NTB, Ir. Yuliadi Ismono, M. Si, belum lama ini.
Ia mengatakan, saat ini pasokan listrik untuk operasional AMNT di tambang Batu Hijau juga dipasok sendiri. PT. AMNT membangun PLTU untuk memenuhi kebutuhan listrik di tambang Batu Hijau. Baca juga: Wagub : Usaha Pertambangan Harus Ramah Lingkungan
Begitu juga untuk kebutuhan pabrik smelter dan industri turunannya nanti. Yuliadi mengatakan AMNT yang akan membangun pembangkit listrik sendiri. Untuk pasokan listrik di pabrik smelter, kata Yuliadi, harus andal.
Namun bisa saja, kata Yuliadi, nantinya AMNT akan menggandeng investor lain untuk membangun PLTU yang akan memasok kebutuhan listrik di pabrik smelter. Apabila PLTU yang dibangun kapasitasnya masih kurang, maka kemungkinan mereka akan menggandeng pihak lain untuk menyediakan pasokan listrik di sana.
Yuliadi menambahkan pembangunan pembangkit listrik ini akan paralel dengan pembangunan smelter. Sesuai rencana, pabrik smelter harus sudah beroperasi 2022. Artinya, pembangunan pembangkit listrik juga mengikuti. Sehingga, ketika smelter sudah beroperasi, pasokan listrik sudah tersedia. “Rencananya begitu, kapasitas 300 – 500 MW. Itu pembangunannya paralel dengan pembangunan smelter,” katanya. (nas)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.