Pendapatan Anjlok, Vale Indonesia Cetak Rugi Rp 286 M di Q1
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan rugi bersih hingga US$ 20,16 juta atau setara Rp 286,3 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$) pada kuartal I-2019. Padahal pada kuartal I-2018, INCO masih mencatatkan laba bersih Rp US$ 6,84 juta.
Momok kerugian INCO pada 3 bulan pertama tahun ini adalah anjloknya total penjualan perusahaan. Terlebih lagi, beban pokok pendapatan mencatatkan nilai yang melebihi total penjualan perusahaan.
Hingga akhir Maret 2019, penjualan perusahaan terpangkas 25,83% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi US$ 126,43 juta, dari periode yang sama tahun lalu US$ 170,46 juta.
Ditambah lagi, harga nikel berjangka di bursa London Metal Exchange (LME) juga melemah sehingga menjadi tambahan tekanan bagi penjualan perusahaan.
Harga rata-rata nikel berjangka pada kuartal pertama tahun ini terkoreksi 6,83% YoY menjadi US$ 12.468,29/metrik ton.
Sebagai informasi, seluruh penjualan INCO berdasarkan pada kontrak penjualan yang "harus diambil" dalam jangka panjang dalam mata uang dolar AS. Harga jual ditetapkan dengan formula yang didasarkan pada harga nikel di LME dan harga realisasi rata-rata nikel pihak berelasi.
Ini berarti, meskipun dari segi volume besar, tapi jika harga turun, otomatis nilai penjualan terpangkas.
Nah, tampaknya, sistem penjualan inilah yang kemudian menyebabkan beban pokok pendapatan perusahaan masih tinggi, meskipun penjualan INCO anjlok.
Jika dirinci, biaya produksi kotor hanya terkoreksi 0,14% dibanding kuartal I-2018, sehingga besar kemungkinan kontrak penjualan kuartal I-2019 masih lumayan besar secara volume.
Dengan asumsi volume produksi yang masih besar, wajar saja jika total beban pokok pendapatan Vale Indonesia hingga akhir Maret tahun ini mencapai US$ 149,7 juta. Perolehan ini US$ 23,28 lebih besar dibanding total penjualan perusahaan.
Dengan demikian, harga nikel yang terkoreksi, sepertinya salah satu penyebab utama kerugian yang diderita INCO.
Di lain sisi, pada periode yang sama jumlah aset perusahaan tercatat stabil dengan terkoreksi tipis menjadi US$ 2,14 miliar dari capaian akhir tahun lalu yang tercatat US$ 2,2 miliar.
Adapun total liabilitas lumayan turun signifikan menjadi US$ 279,63 juta pada kuartal I-2019 dibanding akhir 2018 sebesar US$ 318,73 juta.
Sementara itu, total ekuitas INCO tercatat senilai US$ 1,86 miliar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.