Pengolahan Tailing Timah Perlu Diawasi karena Meningkatkan Konsentrasi Radioaktif
BANGKAPOS.COM-- Pengelolaan tailing timah di Bangka Belitung perlu diawasi karena adanya peningkatan konsentrasi radiokatif. Apalagi Babel diketahui telah mengeluarkan kebijakan terkait pengeloaan mineral ikutan timah.
Demikian disampaikan Kepala Sub Direktorat Inspeksi Safe Guard Badan Pengawasasan Tenaga Nuklir (Bapeten) RI Kusbandono.
Dia mengatakan, pengolahan tailing timah akan menambah potensi paparan radioaktif di Babel.
Bapeten RI menilai peningkatan pengawasan perlu dilakukan untuk menjamin masyarakat bisa aman dan selamat.
"Bagaimana cara menyimpannya dan tidak menggangu kesehatan," kata Kusbandono di Hotel Novotel, Rabu (26/6/2019) di sela acara Diseminasi Pengawasan TENORM (Technologically Enchanced Naturally Occuring Radioactive Materials).
Dia menjelaskan, radiokatif saat penambangan dilakukan tergolong standar sehingga penambang relatif kecil untuk terpapar radioaktif berbahaya. Akan tetapi, ini menjadi berbahaya ketika galian tambang tersebut memasuki proses pengolahan.
Perlu ada standar keselamatan kerja dalam pengolahan tailing ini.
"Kalau radiasi penambangan itu standar, tetapi begitu diolah, dipisahkan, hampir 80 kali. Otomatis ada peningkatan konsentrasi (radioaktif). Inilah yang perlu diatur," kata Kusbandono.
Unsur radioaktif saat pengelolaan tailing timah ini dinilai berbahaya bagi kesehatan. Dampak jangka waktu panjangnya bagi kesehatan adalah kanker.
Bapeten RI sebenarnya sudah membina smelter-smelter di Babel sejak 2005.
"Yang baru ini adalah terkait pengolahan tailing ini. Ini bisa menimbulkan masalah-masalah baru. Kami berharap ini bisa sejak awal diatur, dan bisa melindungi masyarakat," katanya.
Bapeten RI misalnya telah mengatur bagaimana teknik pengolahan dan penyimpanan olahan timah agar aman dari radiokatif berbahaya. Bapeten juga menyusun rekomendasi standar keselamatan kerja terkait ini.
Menurut Bapeten, rata-rata smelter di Babel sudah mengikuti apa yang menjadi standar pengolahan timah. Jumlah pemegang izin dinyatakan semakin meningkat sehingga disimpulkan sudah ada kesadaran terkait ini.
"Untuk Zirkon, kami sedang MoU dengan Pemprov bagaimana agar masyarakat bisa aman dan selamat dalam bekerja. Ini adalah awalnya, kami bangun kerja sama terkait pengolahan tailing, supaya masyarakat Babel punya industri yang bagus, aman, dan selamat," katanya.
Kepala Bapeten RI Jazi Eko Istiyanto mengatakan, mineral ikutan timah di Babel memang tergolong melimpah. Kandungan monasite terbesar di Indonesia misalnya, diakui berada di Babel
Karena diakui berbahaya, maka Bapeten RI bersama Pemprov Babel berencana akan mengawasi pengelolaannya.
"Alasan kami hadir di Babel salah satunya itu," kata Jazi.
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Pengolahan Tailing Timah Perlu Diawasi karena Meningkatkan Konsentrasi Radioaktif, https://bangka.tribunnews.com/2019/06/26/pengolahan-tailing-timah-perlu-diawasi-karena-meningkatkan-konsentrasi-radioaktif?page=2. Penulis: Dedi Qurniawan Editor: khamelia
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.