Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menghadapi tantangan cukup berat pada tahun ini. Selain target penjualan listrik belum tercapai, perseroan menderita rugi kurs cukup dalam.
Penjualan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada Januari—September 2018 sebesar 171,6 terawatt hour (TWh) naik 4,87% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 sebesar 163,6 TWh.
Pertumbuhan konsumsi listrik pada Januari—September 2017 (year on year/yoy) sebesar 3,1%, sedangkan pada Januari—September 2016 tumbuh 3,1%.
Kepala Divisi Niaga PLN Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan, pertumbuhan konsumsi pada September 2018 tumbuh 5,01% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Untuk pertumbuhan month-to-month, [konsumsi listrik] September 2018 terhadap September 2017 sebesar 5,01%," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/10).
Dia menuturkan bahwa pertumbuhan penjualan tertinggi berasal dari sektor lain-lain sebesar 7,1%. Sektor lain-lain itu terdiri atas segmen sosial 9% dan sektor publik 5%. Kemudian disusul oleh sektor industri yang tumbuh sebesar 6,83% dan sektor bisnis sebesar 5,7%.
Konsumsi listrik sektor rumah tangga pada periode Januari—September 2018 hanya tumbuh sebesar 2,69%.
Realisasi penjualan listrik PLN selama Januari—September 2o18 sebesar 171,6 TWh sudah mencapai 71,7% dari target tahun ini.
PLN menargetkan penjualan listrik pada tahun ini mencapai 239 TWh atau tumbuh sebesar 7% dibandingkan dengan tahun lalu 221,24 TWh.
OPTIMISTIS Yuddy optimistis target penjualan listrik pada tahun ini akan tercapai. Untuk mendorong pertumbuhan konsumsi listrik, lanjutnya, PLN melakukan berbagai upaya.
PLN melakukan promosi dengan memberikan diskon atau tidak memungut biaya kepada konsumen yang akan menaikkan daya listrik.
"Seperti untuk sektor sosial, banyak kenaikan konsumsi listrik setelah bebas [biaya] tambah daya. Salah satu penyebabnya banyak peralatan yang tidak digunakan karena daya kurang, ketika tambah daya gratis, peralatan seperti AC [pendingin ruangan] dapat dioperasikan sehingga lebih memberi kenyamanan," katanya.
Selain itu, kegiatan besar seperti Asian Games 2018 dan Annual Meeting IMF-World Bank Group 2018 juga cukup membantu mendongkrak pertumbuhan konsumsi listrik.
Pertumbuhan konsumsi listrik juga terdorong oleh pekerjaan-pekerjaan sementara, seperti pembangunan proyek dan industri di daerah yang mulai beralih menggunakan listrik PLN.
"Di daerah-daerah untuk tambak udang, industri rakyat pemecah batu, dan lain-lain, juga kami tawarkan menggunakan listrik PLN untuk menggantikan atau subtitusi terhadap mesin diesel yang mereka gunakan.”
Menurutnya, pemakaian listrik dari PLN oleh industri jauh lebih murah daripada menggunakan mesin diesel.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman optimistis pertumbuhan konsumsi listrik sampai dengan akhir tahun bisa diatas 5,5%. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi listrik akan terdongkrak dari aktivitas industri.
"Kami berharapnya industri. Industri itu akan meningkatkan konsumsi listrik pada Oktober, November karena mereka kejar produksi ya," katanya.
Selain itu, PLN terus membidik suplai listrik ke kawasan-kawasan industri, seperti fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral yang sebagian besar berada di Kalimantan.
PLN juga membidik menyalurkan listrik ke kilang minyak milik PT Pertamina (Persero). Pada Agustus 2018, PLN dan Pertamina menandatangani nota kesepahaman mengenai kerja sama penyediaan layanan kelistrikan untuk lima kilang Pertamina.
Kelima kilang tersebut antara lain Kilang (Refinery Unit/RU) II Dumai, RU III Plaju–Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan.
Proyeksi total kebutuhan listrik yang akan digunakan kilang-kilang minyak itu sebesar 217 megavolt ampere (MVA) dan selanjutnya dapat bertambah 104 MVA.
Dalam 4 tahun terakhir, laba laba PLN berfluktuasi karena pengaruh nilai tukar rupiah.
Laba PLN pada 2014 sebesar Rp11,74 triliun. Namun, laba perseroan pada 2015 terjun bebas menjadi Rp6,03 triliun. Hal ini disebabkan PLN mengalami kerugian kurs hingga Rp27,32 triliun. Pada 2016, perseroan berhasil mencetak peningkatan laba menjadi Rp8,15 triliun. Perseroan mendapatkan keuntungan kurs sebesar Rp4,19 triliun. Laba PLN kembali turun pada 2017 menjadi Rp4,43 triliun. Bahkan, akibat rugi kurs, kinerja PLN pada semester I/2018 minus Rp5,3 triliun.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.