Penyebab Naik Turun Komiditi Ekspor Impor Babel Menurut Ahli Ekonomi
BANGKAPOS.COM -- Terkait Komoditi Ekspor Babel yakni Lada menurun dalam dua tahun terkahir serta komiditi impor didominasi oleh solar dan sparepart Smelter Timah, Dosen Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung, Hengky Veru Purbolakseto turut angkat bicara.
Kepada bangkapos.com Selasa (14/8), ia mengatakan bahwa jika dilihat dari ilmu ekonomi bahwa ada supply dan demand. Harga itu dipengaruhi oleh kurva tersebut, sehingga pertemuan kurva ini disebut sebagai keseimbangan ekuilibrium.
“Terbentuknya harga merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dan penjual dari keseimbangan itu, jika ada perubahan harga diakibatkan olh bergeesernya kurva itu. Entah dari faktor permintaan maupun penawaran,” jelasnya.
Hengky pun menuturkan, jika dari kasus ekspor lada menurun kemungkinan bergesernya kurva penawaran yang diakibatkan oleh banyaknya penawaran dari penjual. Karena tidak hanya indonesia, negara penghasil lada.
Sedangkan untuk impor tergantung pada kebutuhan di dalam negeri. Pemerintah biasanya memiliki perhitungan yakni kebutuhan didalam negeri jangan sampai langka. Bisa kita bayangkan apabila kebutuhan pokok tidak mencukupi.
“Untuk Impor solar tinggi di wilayah Babel karena kegiatan produksi untuk timah sangat tinggi, namun ini tidak serta merta mempengaruhi harga beli timah dunia,” tegasnya.
Dan pendapatan daerah itu bersumber dari beberapa aspek, yakni pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman, dan pendapatan lainnya yang sah. Sedangkan Impor masuk kedalam pendapatan asli daerah, sebab kalau barang ataupun jasa yang akan dijual akan dikenakan pajak daerah atau retribusi daerah.
“Contohnya restoran yang menjual makanan impor maka akan dikenakan pajak restoran yang mana bagian dari sumber pendapatan pajak daerah,” tutupnya
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.