TransBisnis.Com|Berita Jakarta – Pasca Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membawa sentimen negatif terhadap pergerakan harga komoditas logam industri ini di mana harga aluminium mulai melemah semenjak memasuki Juli.
Sementara Harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), pada perdagangan Jumat (13/7) lalu, ditutup pada level US$ 2.031 per metrik ton. Apabila dihitung dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini sudah turun sekitar 2,35%.
Menurut Analis Asia Tradepoints Futures Andri Hardianto mengatakan, sentimen perang dagang saat ini membuat para pelaku pasar cenderung memilih untuk menjauhi komoditas non safe haven, termasuk aluminium. “Aluminium dianggap sebagai satu aset yang berisiko,” katanya.
Dia menjelaskan saat ini pelaku pasar memang cenderung mengambil strategi menghindari risiko alias risk aversion. Oleh karena itu, pelaku pasar memilih menghindari komoditas. Saat ini, para pelaku pasar memang lebih memilih wait and see terkait aluminium.
Padahal, secara fundamental, saat ini harusnya harga aluminium berpeluang menguat. Asal tahu saja, saat ini produksi aluminium di Brasil sedang mengalami penurunan. Saat ini, hanya ada dua smelter aluminium yang beroperasi penuh di negeri samba tersebut.
Seharusnya, lantaran pasokan aluminium tengah berkurang, harga komoditas ini bisa menguat. Namun pelaku pasar lebih mengkhawatirkan efek perang dagang. Sekadar menyegarkan ingatan, aluminium termasuk salah satu komoditas yang terkena bea masuk tinggi di Amerika Serikat.
Cuma memang, ada potensi berkurangnya pasokan aluminium global dari Brasil dipenuhi oleh China. Pemerintah China mencatat, produksi aluminium di China Juni lalu naik 1,6% jadi 2,83 juta ton..
Andri mengatakan, secara teknikal, harga aluminium saat ini sudah hampir mendekati level support jangka panjang. Kalau harga semakin murah, kemungkinan pelaku pasar akan kembali masuk membeli aluminium, sehingga harga komoditas ini bisa mengalami rebound teknikal.
Andri cukup yakin harga aluminium masih berpotensi kembali menguat di semester dua ini. “Harga aluminium masih bisa pulih, namun tidak sampai menyentuh harga tertinggi,” prediksi dia.
Secara teknikal, harga aluminium saat ini berada di bawah MA 50, 100 dan 200, yang mengindikasikan sell. MACD di level -53,2 juga mengindikasikan sell. Indikator stochastic di level 25,2 dan RSI di level 25,2. Kedua indikator tadi juga memberi indikasi sell.
Andri merekomendasikan sell untuk aluminium. Hari ini, aluminium akan bergerak di kisaran US$ 2.020-US$ 2.040 per ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak antara US$ 2.005-US$ 2.060 per ton.[kontan]
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.