Perbaiki Kualitas Air Sisa Tambang, Vale Indonesia Siapkan Rp 14,5 M
Memastikan keberlangsungan ekosistem menjadi kewajiban perusahaan tambang seusai melakukan eksplorasi. Salah satu hal yang harus dilakukan pada masa purnatambang adalah memperbaiki kualitas air sisa tambang. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, perusahaan tambang nikel, PT Vale Indonesia Tbk telah mengembangkan teknologi bernama Lamela Gravity Settler sejak tahun 2015.
Senior Manager of Communications Vale Indonesia Budi Handoko mengatakan, biaya operasional untuk teknologi Lamela tersebut mencapai USD 1 juta atau senilai Rp 14,5 miliar (kurs Rp 14.500/USD).
“Biayanya hampir USD 1 juta per tahun. Itu hanya untuk pengelolaan Lamela,” ungkap Budi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (28/8).
Meski tergolong mahal, Budi mengatakan, hal tersebut wajib dilakukan perseroan untuk memastikan air yang keluar dari area tambang memenuhi baku mutu.
Saat ini, emiten berkode INCO ini baru memiliki satu Lamela yang berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan. Sebab menurut Budi, 70 persen produksi nikel masih berasal dari smelter di Sorowako. Meski demikian, Budi mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan survei untuk membangun Lamela di lokasi lain.
“So far kami melihat Lamela di Sorowako hasilnya sangat menggembirakan. Kami sedang siapkan di mana lagi titik yang perlu dipasang supaya bisa meningkatkan performa. Ada satu lokasi di area Blok PTA yang akan kita pasang,” ujar Budi. Meski demikian, Budi belum dapat memastikan kapan Lamela kedua tersebut bakal dibangun.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Presiden Director Vale Indonesia Nico Kanter juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, teknologi Lamela tersebut merupakan salah satu kewajiban perseroan untuk masa purnatambang.
“Air dan danau itu selalu kami jaga. Karena kelestarian itu menjadi kewajiban paling utama,” pungkasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.