Perhapi memprediksi realisasi investasi sektor minerba hanya 60%-70% dari target
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperkirakan, investasi di sektor mineral dan batubara (minerba) tahun ini bakal meleset dari target. Pandemi corona (Covid-19) membuat pasar dan harga komoditas tertekan, begitu juga dengan proyek dan aktivitas pertambangan yang ikut terhambat.
Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli memprediksi, realisasi investasi sepanjang tahun 2020 hanya bisa mencapai sekitar 60%-70% dari yang sudah ditargetkan. Saat ini perusahaan tambang lebih fokus untuk bisa bertahan, ketimbang harus agresif menggenjot investasi. Sehingga investasi baru akan mengalami pergeseran waktu atau penundaan.
"Semua industri tambang berfokus pada mempertahankan keberlangsungan usahanya. Investasi hanya dilakukan untuk mendukung kelangsungan usahanya atau investasi yang sifatnya tidak dapat ditunda karena proyek tersebut menentukan keberlangungan usahanya," terang Rizal saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/8).
Baca Juga: Investasi minerba tahun ini diprediksi hanya sekitar US$ 5,5 miliar
Menurut Rizal, lesunya investasi terjadi pada semua subsektor tambang baik mineral maupun batubara, juga untuk semua jenis segmen dan perizinan. "Namun dari semua itu, dampak terbesar adalah industri pertambangan batubara," sebutnya.
Alasannya, batubara merupakan salah satu sumber energi yang masih dominan. Sehingga saat pandemi melumpuhkan ekonomi, konsumsi energi dan listrik pun anjlok. Akibatnya, pasar dan harga batubara juga terkoreksi tajam.
Kondisi pasar yang sebelumnya sudah kelebihan pasokan (oversupply) semakin menjadi, sehingga berdampak pada tergerusnya harga rerata batubara hingga menyentuh US$ 49 per ton. Kondisi harga ini menjadi yang terendah sejak tahun 2016. "Penurunan ini berdampak pada revenue yang diperoleh produsen batubara. Dampak lanjutannya adalah sektor jasa atau kontraktor yang menyertainya," kata Rizal.
Dari sisi mineral, pengembangan hilirisasi atau pembangunan smelter mengalami hambatan. Alhasil, investasi menjadi tertunda. Lebih lanjut, pengerjaan proyek dan aktivitas pertambangan yang terhambat juga membuat pembiayaan alat berat ikut merosot.
Sampai bulan Mei, ujar Rizal, pembiayaan alat berat hanya mencapai Rp 36,5 triliun atau turun 12,3% secara tahunan (YoY) dibanding 2019. "Penurunan permintaan alat berat akibat ketidakpastian ekonomi global yang berlangsung sejak 2019, ditambah lagi dengan adanya pandemi," imbuhnya.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Rizal memprediksi, realisasi investasi minerba 2020 hanya mencapai 60%-70% dari target tahun ini yang ditetapkan sebesar US$ 7,749 miliar. Dengan asumsi penurunan di segmen jasa pertambangan sekitar 30%, dari prasarana dan mesin yang diprediksi turun sekitar 30%, serta segmen lainnya yang turun sekitar 50%.
Sebagai gambaran, dalam dua tahun terakhir realisasi investasi minerba selalu lebih tinggi dari target. Pada tahun 2019 misalnya, realisasi investasi minerba mencapai US$ 6,50 miliar melebihi target yang ditetapkan sebesar US$ 6,17 miliar.
Investasi tahun lalu didominasi dari izin usaha jasa pertambangan (39%), investasi prasarana dan mesin (30%), aktiva tidak berwujud (13%), dan lainnya yang mencakup bangunan, kapal, kendaraan dan alat-alat sebesar 18%.
Merujuk pada data Minerba One Data (MODI) Ditjen Minerba Kementerian ESDM, hingga 23 Agustus 2020 realisasi investasi baru mencapai US$ 2,1 miliar. Angka itu baru setara dengan 27,1% dari target investasi minerba tahun ini.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.