KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Pergerakan harga tembaga sangat mengikuti sentimen China. Impor tembaga China pada bulan November naik 23,7% year on year atau setara 470.000 ton.
Namun, ada potensi koreksi harga akibat perlambatan inflasi. Harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange Selasa (12/12) dibuka koreksi 0,4% ke US$ 6.641 per metrik ton."Hargatembaga akan tertekan karena adanya kekhawatiran angka inflasi China yang melambat," kata Andri Hardianto, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures, kepada Kontan.co.id.
Indeks harga produksi (PPI) China November tercatat di 5,8% atau turun dari periode sebelumnya di bulan Oktober pada 6,9%. Andri menjelaskan, data PPI mencerminkan realisasi pada sektor produsen. Koreksi indeks harga produksi di China yang merupakan pengguna komoditas terbesar jelas akan memengaruhi harga.
Adapun, harga komoditas secara umum berpotensi koreksi ditengah sentimen bullish dollar Amerika Serikat (AS). Bila dollar AS menguat, maka harga komoditas menjadi mahal dan pasar akan melepas aset untuk mendapatkan keuntungan.
Di sisi lain,Tongling Nonferrous Metals Group,produsen tembaga kedua terbesar di China, mengumumkan akan memangkas 20%-30% kapasitas produksi untukmengurangi emisi karbonselama musim dingin.
Adapun, kemampuan produksi smelter Tonglin mencapai 800.000 metrik ton tembaga dalam setahun. Andri mengatakan, penutupan smelter tersebut menjadi sentimen positif harga.
Andri melihat potensi koreksi dari indikator moving average (MA) 50 dan MA 100 di area selldanMA 200 di buy. Adapun indikator relative strength index (RSI) 14 di level 42,5 dan indikator moving average convergence divergence ( MACD ) di level negatif, serentak memberi sinyal sell. Sedangkan indikator stochastic oversold di level 19,5.
Untuk perdagangan esok Rabu (13/12), Andri memperkirakan harga akan bergulirdi kisaran US$ 6.680-US$ 6.620 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan harga bakal berada di kisaran US$ 6.710-US$ 6.520 per metrik ton
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.