Pertumbuhan Konsumsi Listrik Melambat, PLN Diminta Cari Pasar Baru
Jakarta: Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan penjualan listrik PT PLN (Persero) kembali mengalami perlambatan. Rida menyebutkan pada Januari lalu pun pertumbuhannya di bawah empat persen.
Sementara neraca daya, kata Rida, kecenderungannya menunjukkan kelebihan pasokan. Pasalnya pembangunan pembangkit terutama proyek 35 ribu Mega Watt (MW) terus berjalan. Sedangkan konsumsi listriknya tidak sesuai target.
"Misalkan tahun lalu 5,6 persen, realisasinya 4,6 persen. Januari ini katanya enggak sampai empat persen," kata Rida di Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dirinya mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi melemahnya pertumbuhan seperti kondisi ekonomi yang lesu sehingga membuat permintaan listrik juga ikut turun. Namun ia membantah jika pelemahan tersebut disebabkan oleh tarif listrik yang kurang kompetitif sehingga membuat industri lesu.
Rida mengatakan dibandingkan dengan Singapura dan Filipina, Indonesia masih lebih rendah untuk tarif listrik industri. Untuk industri menengah dan industri besar tarif listrik Indonesia masing-masing sebesar Rp1.115 per kWh dan Rp997 per kWh. Sedangkan Singapura dan Filipina masing-masing Rp1.781 per kWh dan Rp1.734 per kWh serta Rp1.458 per kWh dan Rp1.450 per kWh.
"Ada keterlambatan di sektor industri. Apa karena terlalu mahal untuk mereka sehingga produknya tidak kompetitif, tapi ternyata enggak juga. Kita bandingkan dengan ASEAN kita masih kompetitif," ujar Rida.
Selain itu melemahnya pertumbuhan listrik juga dikarenan adanya banjir di awal tahun yang tentu membuat aliran listrik padam. Bahkan kemungkinan isu korona juga membuat konsumsi berkurang karena industri-industri ada yang tutup sementara dan mempekerjakan karyawan dari rumah demi mengurangi penyebaran virus.
Perlambatan ini tentu membuat Pemerintah resah dalam melanjutkan proyek 35 ribu MW. Sebab ditakutkan nantinya akan terjadi over supply kapasitas listrik. Jika konsumsinya melemahnya juga akan memengaruhi pendapatan PLN.
Oleh karenanya Pemerintah meminta PLN untuk melakukan aksi korporasi mencari pasar baru. Ia bilang investasi PLN untuk sementara tidak lagi difokuskan untuk membangun pembangkit, namun lebih banyak dialokasikan untuk menambah transmisi dan distribusi dalam rangka memperkuat pasar.
"Bagaimana dampaknya ke keuangan PLN kan berpotensi makin tidak sehat. Maka apa saja upayanya ini kita kemudian carikan pasar baru tentu saja," tutur Rida.
Misalnya listrik bagi fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) yang diperkirakan di awal butuh pasokan lima ribu hingga enam ribu MW. Lalu pasokan listrik untuk kawasan industri, pariwisata khusus, perikanan dan kawasan ekonomi khusus.
"Ada 16 ribu MW lebih besar karena lebih banyak dan itu harus dikejar PLN," jelas Rida.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.