Produksi dan penjualan Freeport Indonesia di 2020: Tembaga naik, emas malah turun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan dari sisi produksi dan penjualan tembaga sepanjang tahun 2020 silam. Sebaliknya, PTFI malah mencatat penurunan pada produksi emas.
Berdasarkan laporan Fourth-Quarter and Year Ended 2020 Freeport-McMoran (FCX), PTFI memproduksi 809 juta pon tembaga. Jumlah ini naik 33,27% dibandingkan realisasi produksi tahun 2019 yang hanya 607 juta pon..
Sejalan dengan itu, volume penjualan tembaga PTFI pun melesat 20,53% dari 667 juta pon pada 2019 menjadi 804 juta pon di tahun lalu.
Harga realisasi rata-rata tembaga juga naik, dari US$ 2,72 per pon pada 2019 menjadi US$ 3,08 per pon pada tahun lalu.
Sayangnya, kenaikan dari tembaga tak diikuti oleh komoditas emas. Sepanjang tahun lalu, produksi emas PTFI hanya 848.000 ons atau turun tipis 1,73% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 863.000 ons.
Sementara itu, penjualan emas PTFI pada 2020 tercatat 842.000 ons, merosot 13,46% dibanding realisasi penjualan pada 2019 yang sebanyak 973.000 ons. Padahal, realisasi rata-rata harga emas menanjak dari US$ 1.416 per ons pada 2019 menjadi US$ 1.832 per ons di 2020.
President and Chief Executive Officer Freport-Mc.Moran Richard C. Adkerson mengatakan, tahun lalu pihaknya masih mengupayakan peningkatan produksi dari tambang bawah tanah PTFI. Menurutnya, upaya peningkatan produksi di kawasan mineral Grasberg Papua itu terus berlanjut sesuai jadwal.
Selama kuartal IV-2020, ada 56 drawbell baru yang dibangun di Grasberg Block Cave dan Deep Mill Level Zone (DMLZ). Saat ini terdapat lebih dari 370 drawbell yang telah dibuka.
Drawbell merupakan bukaan untuk pengambilan bijih (ore) di tambang bawah tanah dengan metode ambrukan (block caving). Dengan tambahan drawbell tersebut, produksi rata-rata gabungan dari tambang Grasberg Block Cave dan DMLZ mencapai sekitar 85.000 metrik ton bijih per hari selama Kuartal IV-2020.
"Selama 2020 kami membangun momentum untuk meningkatkan tambang bawah tanah, dan pada Kuartal keempat kami telah mencapai hampir 70% dari target tingkat penjualan tahunan," ungkap Adkerson dalam conference call yang digelar Selasa (26/1) waktu setempat. Target 2021
Pada tahun 2021, produksi tembaga dan emas PTFI ditargetkan mendekati dua kali lipat dari realisasi tahun 2020. Tahun ini, produksi tembaga PTFI ditargetkan bisa mendekati 1,4 miliar pon tembaga sedangkan emas sebanyak 1,4 juta ons.
PTFI pun menargetkan bisa memproduksi tahunan rata-rata sebesar 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas pada beberapa tahun ke depan seiring dengan upaya peningkatan produksi (ramp up) yang diklaim sesuai jadwal.
Sedangkan untuk penjualan, PTFI menargetkan volume mencapai 1,3 miliar pon tembaga dan 1,3 juta ons emas pada tahun ini.
Meski begitu, Adkerson mengatakan bahwa target 2021 masih menantang seiring dengan protokol kesehatan pandemi Covid-19 yang masih berlanjut. "Pertumbuhan yang berkelanjutan selama 2021 diharapkan memungkinkan kami mencapai target tahunan penuh," ungkap dia.
Dari sisi investasi, belanja modal (capex) tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diharapkan mencapai rata-rata sekitar US$ 0,9 miliar per tahun untuk periode 2021 hingga 2022.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.