Produksi nikel matte Vale Indonesia (INCO) di semester pertama lalu turun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga semester I 2019, emiten tambang PT Vale Indonesia Tbk (INCO, anggota indeks Kompas100) telah memproduksi sebanyak 30.711 metrik ton nikel matte. Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi penambangan pada periode sama di tahun lalu.
“Produksi tambang kami di semester I tahun lalu sebanyak 36.034 metrik ton,” kata Direktur Utama INCO Niko Kanter dalam keterbukaan informasi, Senin (22/7).
Niko menyebut hal itu disebabkan oleh urusan teknis operasi penambangan. “Sebabnya adalah kombinasi aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan terkait dengan Larona Canal Relining, shutdown pabrik dan masalah-masalah di tanur listrik yang tidak terencana di tahun 2019,” kata Niko.
Realisasi di semester I 2019 ditopang produksi nikel yang sebesar 17.631 ton pada kuartal dua. Jumlah itu 35% lebih tinggi dari realisasi di kuartal satu yang sebesar 13.080 ton.
Meski begitu, secara year on year, realisasi di semester I 2019 itu masih kalah tinggi bila dibandingkan produksi pada periode sama di tahun lalu. Pada periode tersebut, INCO berhasil memproduksi nikel sebesar 18.893 ton.
Tahun ini INCO memiliki target produksi nikel sebanyak 71.000 ton hingga 73.000 ton. Dengan begitu, realisasi produksi nikel INCO sudah mencapai 42% dari target tahun ini.
Sebagai informasi, target INCO tahun ini lebih kecil dari produksi di tahun 2018 yang sebanyak 74.806 ton. Penurunan produksi itu ditengarai sebagai imbas penghentian sementara akibat aktivitas dan perawatan PLTA Larona selama 10 pekan.
Selama ini INCO memiliki empat PLTA yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pabrik produksi nikel. Sudah 15 tahun terakhir, pabrik tambang nikel melakukan major shutdown pada bulan April atau setiap semester pertama. Praktis, hal tersebut selalu menekan produksi nikel INCO di semester pertama. "Meski begitu, INCO tetap optimistis bisa merealisasikan target produksi pada tahun ini," ujar Niko.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.