Mataram (Suara NTB) – Progres pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) masih di bawah 20 persen. Laporan yang diterima Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, progres pembangunan smelter baru sekitar 18-19 persen.
Dengan tuntasnya studi tapak dan perubahan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), diharapkan segera dilakukan konstruksi pembangunan fisik. Sehingga pada 2022, smelter tersebut tuntas dibangun dan beroperasi.
‘’Sekarang sekitar 18 – 19 persen progresnya. Pembebasan tanahnya hampir rampung,’’ ujar Sekretaris Dinas ESDM NTB, Ir. Zainal Abidin, M. Si dikonfirmasi Suara NTB di Kantor Gubernur, Selasa, 7 Januari 2020 siang.
Zainal mengatakan, baru-baru ini perubahan Amdal sudah selesai dibahas. Sebelumnya juga telah tuntas dilakukan studi tapak. Studi tapak dan perubahan Amdal dilakukan karena terjadi perubahan lokasi dari sebelumnya.
Pada lokasi sebelumnya, struktur tanah tidak cocok. Sehingga PT. AMNT melakukan studi tapak di lokasi yang baru. Sekarang, studi tapak sudah selesai. Begitu juga dengan perubahan Amdal-nya.
‘’Tinggal pembangunan fisiknya. Amdal sudah minggu kemarin sudah selesai. Tinggal proses pembangunan fisik. Kita tunggu saja di 2022 jadi sesuai target,’’ katanya.
Zainal menambahkan, progres pembangunan smelter milik PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di KSB terus dikontrol pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian ESDM. Sehingga, Pemprov juga terus mengawal dan mendorong dilakukan percepatan pembangunannya.
‘’Tetap dikawal pemerintah pusat, kita juga tetap mendorong percepatannya. Tahun ini paling tidak pembangunan fisik smelter sudah mulai,’’ harapnya.
Sesuai rencana, konstruksi pembangunan smelter mulai dilakukan awal 2020. Pada saat rapat koordinasi membahas percepatan pembangunan smelter di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, November 2019 lalu, progres pembangunan smelter baru sebesar 18 persen lebih.
Smelter yang dibangun di KSB berkapasitas 1,3 juta ton konsentrat per tahun. Smelter yang dibangun di KSB merupakan pabrik pemurnian emas dan tembaga terbesar di dunia saat ini. Dengan kapasitas smelter sebanyak 1,3 juta ton konsentrat, maka akan dihasilkan 360.000 copper katode. Kemudian juga akan menghasilkan 1,2 juta H2SO4 cair. Selain itu 800.000 slake tembaga dan 51.000 gypsum. Selain itu juga menghasilkan 20 ton emas.
Selain itu, smelter yang dibangun di KSB menggunakan teknologi cukup canggih dari Jerman yang ramah lingkungan. Sehingga umur smelter dapat sampai 30 tahun. Tetapi konsekuensinya, memerlukan tenaga kerja yang punya keahlian atau skill untuk mengoperasikannya.
Untuk pembangunan smelter dan industri turunannya membutuhkan lahan seluas 850 hektare. Pembebasan lahan akan dilakukan pada lima desa, yakni Desa Benete, Desa Bukit Damai, Desa Maluk, Desa Mantun dan Desa Beru Jereweh. Di desa Benete, rencana luas lahan yang dibebaskan seluas 287,91 hektare, Desa Bukit Damai 180,37 hektare, Desa Maluk 112,28 hektare, Desa Mantun 266,05 hektare dan Desa Beru Jereweh seluas 3,55 hektare. (nas)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.