Puluhan Pabrik Peleburan Timah di Bangka Belitung Stop Operasi, Hanya 4 Smelter yang Masih Aktif
' />
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Sejauh ini cuma ada empat perusahaan pertambangan timah yang aktif dan melakukan aktivitas ekspor.
Puluhan smelter lainnya berhenti melakukan peleburan pasir timah menyusul aturan yang diterbitkan pemerintah pusat. Di antaranya, smelter harus memiliki Competent Person Indonesia (CPI) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB).
Empat perusahaan tambang yang aktif di Bangka Belitung yakni PT Timah, PT RBT Sungailiat, PT Mitra Stania Prima (MSP) Sungailiat dan PT Menara Cipta Mulya (MCM) Kelapa Kampit Belitung Timur.
Kepala Bidang Pertambangan Mineral Logam, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Babel Amir Syahbana mengatakan ada beberapa kendala smelter yang tidak aktif sehingga tidak lagi melaksanakan produksi dan eskpor timah.
"Tidak memiliki data administratif seperti persetujuan Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya (RKAB). Lalu kendala lainnya, tidak memiliki competent person sesuai dengan peraturan Menteri ESDM RI nomor 1827.K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik," ungkap Amir Syahbana dikonfirmasi Bangkapos.com, Senin (24/2/2020).
• Ribuan Tambang Ilegal di Indonesia Diawasi KPK
Ia menjelaskan perusahan swasta yang aktif memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah milik PT MCM 1 IUP, PT MSP 1 IUP dan PT RBT 9 IUP.
"Sementara untuk smelter yang tidak aktif lagi, ya sebagian mereka telah merumahkan karyawanya. Hanya itu yang kami tahu," ujar Amir.
Sedangkan Kepala Kantor Perwakilan Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Bangka Belitung Muhammad Irham mengatakan, ekspor timah melalui ICDX sejak tahun 2019 mengalami penurunan.
"Setelah tutupnya smelter di Babel, kita juga ikut merasakan dampaknya. Untuk ICDX, ekspor memang mengalami anjlok yang signifikan, tidak tahu kalau yang lain," ungkap Irham, Senin (24/2).
Dia mengatakan, dari 38 member ICDX yang bertransaksi pada tahun 2020 hingga saat ini belum ada yang melakukan proses ekspor.
"Akhir tahun 2019 hanya satu perusahaan saja, yang ekspor. Tahun 2020 belum ada sama sekali, kita tidak tahu kalau lewat bursa yang lain," ucapnya. PT Bukit Timah satu diantara smelter yang tidak beroperasi lagi di Kawasan Industri Pangkalpinang. PT Bukit Timah satu diantara smelter yang tidak beroperasi lagi di Kawasan Industri Ketapang Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (Bangkapos.com/Suhardi Wiranata)
Irham menjelaskan, sejak 2019 lalu iklim ekspor timah di Babel mulai lesu setelah smelter banyak yang tutup.
"Sebenarnya tahun 2018 akhir itu sudah mulai terasa tetapi saat ini yang terasa betul," tuturnya.
Dia berharap, para anggota yang beberapa tahun terakhir tutup, dapat melengkapi data dan persyaratan yang harus dipenuhi sesuai peraturan pemerintah.
"Kami tetap berharap kepada semua smelter di Babel supaya segera melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah baik itu ESDM pusat ataupun Babel. Agar mereka tetap bisa melanjutkan ekspor kembali," harapnya. Balok timah di gudang penyimpanan di sekitar Pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang Balok timah di gudang penyimpanan di sekitar Pelabuhan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. ( Bangkapos.com / Resha Juhari )
Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan, Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Dinas Tenaga Kerja Babel Effendi mengatakan, perusahaan smelter sejak awal beroperasi hingga saat ini tidak pernah memberikan laporan. Padahal, ribuan karyawan smelter berhenti bekerja menyusul terhentinya aktivitas ekspor perusahaan peleburan timah.
"Hubungan industrial ada di kabupaten/kota. Ada fungsional yang namanya mediator, mereka kalau ada permasalahan formatif harusnya lapor ke kabupaten dan kota," jelas Effendi.
Dia mengatakan, jika tingkat kabupaten atau kota tidak bisa menangani nanti akan berhubungan langsung dengan dinas tenaga kerja provinsi.
"Kita tahu persoalan beberapa smelter di Babel sudah tidak beroperasi lagi. Hingga saat ini yang kita dapatkan ada 30 smelter di Babel yang terpaksa berhenti beroperasi dan masih tersisa 5 smelter yang masih berjalan sampai saat ini," ungkapnya.
Dia menuturkan, harusnya setiap perusahaan smleter tersebut wajib melaporkan ke dinas ketenagakerjaan terkait. (Bangka Pos/Cr2/Riu)
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Puluhan Pabrik Peleburan Timah di Bangka Belitung Stop Operasi, Hanya 4 Smelter yang Masih Aktif, https://bangka.tribunnews.com/2020/02/26/puluhan-pabrik-peleburan-timah-di-bangka-belitung-stop-operasi-hanya-4-smelter-yang-masih-aktif?page=2.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.