Jakarta - PT Timah mencatat pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun pada kuartal I-2016. Meski sempat terdongkrak oleh kenaikan harga timah yang terjadi pada pertengahan Maret 2016, BUMN ini masih merugi sampai Rp 138,84 miliar dalam tiga bulan pertama tahun 2016 ini.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Sekretaris Perusahaan Timah, Agung Nugroho, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
“Kuartal I-2016, kami mencat pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun setelah pasar komoditas timah kembali pulih dari jatuhnya harga tahun lalu yang mencapai titik terendah sebesar US$ 13,893 per Mton pada bulan Agustus 2016,” ujarnya.
Agung menjelaskan, kenaikan harga yang terjadi pada pertengahan Maret 2016 telah mendongkrak kinerja Perseroan.
Namun kondisi tersebut belum mampu menutupi rendahnya harga sejak awal tahun ini. Karena itulah, PT Timah akan melanjutkan upaya efisiensi untuk menekan harga pokok produksi yang maksimal. “Dengan harga logam timah di pasar mulai pulih, kami berharap perolehan laba juga bisa sesuai target,” paparnya.
Agung mengungkapkan, kepercayaan pasar terhadap PT Timah sudah meningkat. Hal itu terlihat pada kenaikan harga saham PT Timah (TINS) sepanjang kuartal I-2016. Pada penutupan bursa 30 Desember 2015, harga saham TINS tercatat Rp 505 per lembar saham. Sedangkan pada 31 Maret 2016, harga sahamnya naik menjadi Rp 740 per lembar saham, atau naik sebesar 46,53 %.
Dalam kesempatan itu, dia juga menjelaskan bahwa pengembangan bisnis hilirisasi atau downstream product telah menjadi salah satu fokus PT Timah di masa depan. Saat ini, anak perusahaan PT Timah yakni PT Timah Industri telah memproduksi tin solder & tin chemical.
“Pada akhir tahun 2015, sudah selesai dibangun pabrik intermediate serta pabrik SnCl, sehingga tidak diperlukan lagi impor bahan baku. Dengan demikian, Perusahaan bisa menekan harga pokok produksi dan membuat harga produk lebih bersaing di pasaran dunia,” pungkasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.