RBT tutup operasi tambang timah untuk kawasan konservasi
PT Refined Bangka Tin (RBT) memutuskan untuk menutup tambang timah dan operasi pemasarannya karena komitmen untuk menjaga lingkungan dan mendukung kebijakan pemerintah dan Presiden Jokowi kepada Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC).
"Semua pemegang saham Indonesia dan mitranya di Singapura telah sepakat untuk menghentikan operasi. Kawasan itu akan dijadikan area konservasi," kata Chairman Artha Graha Network Tomy Winata dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Jakarta, Senin malam.
RBT yang merupakan bagian dari Artha Graha Network merupakan perusahaan swasta yang didirikan sejak tahun 2007 dan memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. RBT menjadi salah satu produsen logam timah yang terbesar di Indonesia, dengan kapasitas 2.000 ton setiap bulan.
Belakangan ini ada rumor yang beredar bahwa PT RBT telah menutup operasi tambang dan pemasarannya. Dengan pernyataan tersebut, Tomy Winata membenarkan bahwa pihaknya telah menghentikan operasi PT RBT.
"Ini yang bisa saya sampaikan: RBT adalah bagian dari Artha Graha Network. Beberapa kali, laporan audit menyatakan bahwa tingkat ramah lingkungan di sana tidak mencapai apa yang saya harapkan,” kata Tomy Winata menjelasan alasannya.
Ia menambahkan bahwa Artha Graha Network mendukung penuh Indonesia memenuhi komitmen di UNFCCC untuk mengurangi emisi dan pemanasan global. Untuk komitmen tersebut, maka operasi PT RBT dihentikan.
"Kawasan itu akan dijadikan area konservasi, kilang tidak akan dijual, peralatan-peralatan akan dihancurkan," tegasnya.
Tomy Winata juga mengatakan bahwa AGN, Artha Graha Peduli dan Bank Artha Graha akan lebih hijau dan ramah lingkungan serta selalu mendukung penuh pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi dalam memenuhi komitmennya kepada UNFCCC.
RBT merupakan perusahaan swasta yang didirikan sejak tahun 2007. RBT dibangun untuk memenuhi peningkatan permintaan ekspor timah dunia dengan kualitas terbaik. RBT memiliki pertambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran.
Dengan memiliki standar yang tinggi dalam tahapan produksi timah, demi memenuhi kualitas produk sesuai permintaan pasar dunia, RBT sukses berkembang menjadi perusahaan produsen pengolahan timah terbesar di Indonesia dengan kapasitas 2.000 ton setiap bulan.
RBT telah menjangkau pasar-pasar besar dunia seperti Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Spanyol, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, dan Pakistan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.