RI Ranking 11 Produsen Tembaga Dunia, Tapi Smelternya Cuma 2!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menjadi produsen tembaga peringkat ke-11 di dunia dengan produksi mencapai 600.000 ton tembaga pada 2017. Sementara China yang menduduki peringkat ke-3, produksinya mencapai 1,8 juta ton tembaga. Namun sayang, meski produksinya besar, tapi Indonesia kalah dari Jepang, India, Korea, dan Bulgaria sebagai produsen logam tembaga. Padahal, negara-negara tersebut tidak punya bahan baku dari hasil tambang tembaga.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan dan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan kewajiban dalam meningkatkan nilai tambah sudah tertuang di dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Oleh karena itu, pemerintah akan terus mendorong hilirisasi dari tembaga.
"Indonesia cuma ada dua smelter tembaga, yaitu punya Smelting (PT Smelting) dan Batu Tua (PT Batutua Tembaga Raya)," paparnya dalam acara webinar 'Masa Depan Hilirisasi Tembaga Indonesia' yang disiarkan melalui YouTube pada Rabu (14/10/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan, pada 2017 kapasitas smelter tembaga di dunia mencapai 23 juta ton. Namun Indonesia bahkan tidak menjadi bagian dari pertumbuhan kapasitas smelter tembaga di Asia. Asia dalam 20 tahun telah meningkatkan porsi produksi logam tembaga dari 10% menjadi 60% dari total pasokan dunia yang didominasi China.
Menurutnya, saat ini smelter tembaga mengalami surplus dibandingkan konsumsi, sehingga stok meningkat.
"Namun seiring dengan kebutuhan logam tembaga yang meningkat berkaitan dengan tren transisi ke kendaraan listrik, semikonduktor dan non renewable energy ke depan, diprediksi pada 2023 mencapai 25 juta ton, sehingga defisit," ungkapnya.
Naiknya kebutuhan akan tembaga ke depan menurutnya menjadi peluang mendorong pembangunan smelter tembaga. Dampak lain dengan membangun smelter, imbuhnya, yakni terserapnya tenaga kerja dalam negeri dan meningkatkan kapasitasnya.
"Kebutuhan tembaga ke depan naik, sehingga ada peluang meningkatkan smelter tembaga. Penyediaan tenaga kerja dalam negeri dan peningkatan kapasitasnya," jelasnya.
Seperti diketahui, PT Freeport Indonesia tengah membangun smelter baru yang berlokasi di Gresik. Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan progress sampai dengan September 2020 baru mencapai 5,86%.
Total investasi yang sudah dikucurkan sampai Agustus 2020 mencapai US$ 303 juta dari total investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 3 miliar.
"Kita ajukan perpanjangan (masa konstruksi) karena di Gresik terdampak Covid-19. Gresik deklarasikan daerah dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," paparnya.
Meski demikian, Tony menyebut Freeport tetap berkomitmen dalam membangun smelter.
"Kami komit bangun smelter baru, sebagaimana disepakati dan dituangkan di dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus," ungkapnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.