Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menuturkan, realisasi industri KI Morowali mencapai US$ 6 miliar, dengan luas lahan 2.300 ha. Sebagian besar diisi oleh pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) berbasis nikel dengan menyerap tenaga kerja 10 ribu orang lebih.
Pembangunan KI Morowali, kata dia, menjadi salah satu upaya percepatan pengembangan proyek industry logam di Tanah Air, seperti industry berbasis nikel dan baja tahan karat atau SS. Kawasan ini diharapkan dapat menghasilkan 4 juta ton SS hilir dan pabrik baja karbon berkapasitas 3,5 juta ton per tahun.
KI tersebut, demikian Menperin, mampu meningkatkan pertumbuhan domestik regional bruto (PDRB) Morowali rata-rata 29% selama 2010-2016. Bahkan, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali yang akan menjadi pusat inovasi teknologi dan pengembangan produk berbasis nikel.
“Sekolah tinggi vokasi ini merupakan salah satu best practice dalam pelaksanaan pendidikan yang mengusung konsep link and match dengan dunia industri,” tutur Menperin. (*)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.