JAKARTA– Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal III/2018 (Juli–September) mencapai angka sebesar Rp173,8 triliun.
Angka ini turun 1,4% dibandingkan kuartal II/2018 yang sebesar Rp176,3 triliun. Sementara itu, apabila dibandingkan secara year-on-year (yoy) kuartal III/2017 juga mengalami penurunan sebesar 1,6% atau Rp176,6 triliun. Adapun realisasi investasi pada Januari– September 2018 sebesar Rp535,4 triliun meningkat 4,3% dibandingkan periode sama tahun 2017 sebesar Rp513,2 triliun. Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, tren investasi tahun 2018 masih kurang menggembirakan karena investor masih wait and see.
Menurut dia, fluktuasi nilai tukar dolar yang dipicu kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan penguatan dolar di pasar global serta terjadinya defisit neraca perdagangan periode Januari–September 2018, perang dagang antara AS dan China menyebabkan investor bersifat wait and see. ”Melambatnya tren investasi biasanya bukan karena proyek batal, tetapi karena ditunda. Investor menunda realisasi investasi yang sudah direncanakan sehingga realisasi investasi kuartal III/2018 turun dibanding periode sama tahun 2017,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Menurut Thomas, beberapa proyek yang diharapkan bisa mulai beroperasi pada kuartal II/2018 dan kuartal III/2018 belum berjalan.
”Mega proyek ini ada di sektor kimia dan petrokimia, automotif, industri dasar seperti baja. Kemarin bursa saham di AS terkoreksi 10% dan harga saham terkoreksi 20% bisa menunda realisasi investasi perusahaan teknologi di Indonesia. Kemudian smelter dan e-commerce. Diharapkan bisa terealisasi pada kuartal IV/2018,” ungkapnya. Selain itu, proyek-proyek yang terdapat dalam perjanjian kerja sama One Belt One Road juga tertunda. Proyek-proyek i t u memiliki nilai investasi besar di antaranya pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Ka - limantan Utara dan infrastruktur pendukung pariwisata di Sulawesi Utara, Sumatera Utara, serta Bali.
”Sayangnya, tahun ini belum bisa direalisasikan karena faktor eksternal dan internal. Pemerintah masih berkomitmen sepenuhnya mendukung dan tetap antusias mengenai belt and road initiative,” ujarnya. Thomas menuturkan, pemerintah tengah menggodok beberapa upaya terobosan agar bisa mengembalikan momentum positif pada investasi. Selain memperluas cakupan tax holiday, pemerintah juga akan merevisi daftar negatif investasi (DNI). ”Revisi DNI kembali diangkat oleh tim ekonomi. Menurut saya sudah sangat mendesak untuk menerbitkan atau mengeluarkan terobosan yang nendang. Konsekuensinya jangka pendek untuk kuartal IV dan kuartal I/2019,” tuturnya.
Di sisi lain, pemerintah juga mengantisipasi faktor-faktor eksternal yang mungkin berdampak pada realisasi investasi di Indonesia ke depannya seperti krisis ekonomi yang terjadi di Turki dan Argentina. ”Pemerintah akan mengkaji dan mengevaluasi lagi kebijakankebijakan yang dianggap mengganggu stabilitas investasi. Terobosan yang kita jalankan sekarang ini untuk menjaga agar tahun depan tidak ada pelemahan lebih parah dari yang sudah kitalihat tahunini,” kataThomas. Dia memperkirakan realisa-si investasihinggaakhirtahun2018 tidak akan sesuai target yang telah ditetapkan sebesar Rp765 triliun. Menurut Thomas, realisasi investasi hingga akhir tahun 2018 diperkirakan hanya mencapai Rp730 triliun.
”Pada kuartal II/2018, kami sudah menyurati Bappenas dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk direvisi menjadi Rp730 triliun. Secara tertulis sudah memberitahukan Bappenas dan Kemenkeu bahwa tidak mungkin mencapai Rp765 triliun dengan kebijakan yang ada,” ujarnya. Thomas berharap tahun 2019 pertumbuhan realisasi investasi bisa double digit di atas 10%.
”Kalau kita bisa mengeksekusi di sisa tahun 2018 ini dan awal tahun 2019, maka bisa mengembalikan realisasi double digit,” ujarnya. Selama kuartal III/2018 realisasi PMDN sebesar Rp84,7 triliun naik 30,5% dibanding periode sama tahun 2017 sebesar Rp64,9 triliun. Sementara realisasi PMA sebesar Rp89,1 triliun turun 20,2% dibanding periode sama tahun 2017 sebesar Rp111,7 triliun. Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani memaparkan, realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada kuartal III/2018 mencapai 213.731 orang.
Rinciannya sebanyak 89.622 orang pada proyek PMDN dan sebanyak 124.109 orang pada proyek PMA. Sebaran investasi di luar Jawa tercatat sebesar Rp75,8 triliun atau setara dengan 43,6% dari total investasi kuartal III/ 2018. ”Peluang tenaga kerja terampil di Indonesia terbuka lebar dengan masuknya perusahaan-perusahaan dengan bidang usaha baru yang menggunakan lebih banyak teknologi,” ujarnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.