Relaksasi Bijih Nikel dan Bauksit Batal, Luhut: Revisi PP Minerba 3 Minggu ke depan Selesai oleh Ignasius Jonan
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan optimis, di bawah kepemimpinan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, revisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pelaksana Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara selesai dalam waktu 2 sampai 3 minggu ke depan.
“PP Minerba itu saya kira nanti akan dalam 2 sampai 3 minggu kedepan, oleh pak Jonan akan selesai. Tadi sudah saya timbang terimakan,” ujar Luhut usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/10).
Dia juga menegaskan bahwa terkait rencana pemberian elaksasi bijih nikel dan bauksit sudah diputuskan final, artinya tidak ada lagi relaksasi ekspor bijih nikel dan bauksit.
“Kalau menyangkut bijih nikel dan bauksit kami sudah selesai. Tinggal sekarang yang lain, angka-angkanya masih dihitung, sehingga jangan menimbulkan masalah,” tuturnya.
Lebih lanjut Luhut menginginkan adanya kebijakan di sektor energi yang berkeadilan bagi pelaku usaha pertambangan. “Kami ingin berkeadilan. Karena kami tidak ingin bicara yang lalu tapi memang ini keterlambatan kita tahun 2009 membuat peraturan pelaksanannya sehingga smelter itu baru mulai dilakukan 2014. sehingga tidak cukup waktu untuk membangun smelter itu,” tambahnya.
Sebab itu, pihaknya akan memberikan ruang dan waktu bagi bagi pelaku usaha tambang untuk meningkatkan nilai tambah pertambangan melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri. “Tapi nanti pak Jonan akan menghitung. Tim sedang menghitung memberikan ruang berapa tahun dibutuhkan untuk membangun satu smelter,” tuturnya.
Kebijakan tersebut, kata Luhut juga terkait dengan ekspor mineral olahan atau konsentrat. Misal, pemberlakuan relaksasi untuk komoditas konsentrat dalam waktu yang sudah ditentukan yaitu 3 sampai 5 tahun.
“Kita akan kaitkan, kemungkinan besar, dengan penerapak pajak ekspor itu lebih ditinggikan. Dan itu harua sejalan dengan progres pembangunan dari smelter tadi,” pungkasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.