Relaksasi Ekspor Mineral Tuai Protes Investor Smelter
Bisnis.com,JAKARTA- Kebijakan relaksasi ekspor mineral yang baru diberlakukan pemerintah belum lama ini menuai banyak protes dari investor asing yang tengah melakukan pembangunan smelter.
Kepala Badan Koordinasi Penanakan Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengakui pascakebijakan relaksasi tersebut, pihaknya mendapatkan banyak protes dari para pelaku usaha yang tengah membangun smelter pemurnian di Tanah Air.
“Ya saya akui banyak mendapatkan protes,” ujarnya, Rabu (25/1/2017).
Meski demikian, pihaknya mencoba meyakinkan para investor bahwa kebijakan relaksasi ekspor mineral tersebut akan dikompensasi dengan serangkaian kebijakan beserta implementasinya seperti di bidang logstik, transportasi dan penurunan harga gas yang merupakan salah satu komponen dari proses pemurnian mineral.
Thomas mengatakan pihaknya mendukung sepenuhnya keputusan pemerintah untuk merelaksasi ekspor pertambangan karena pemerintah pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dan harus diikuti oleh seluruh elemen bangsa ini.
Sepanjang 2016, investasi di bidang pertambangan termasuk pendirian smelter khususnya penanaman modal asing (PMA) mencapai US$2,7 miliar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.