Rio Tinto dan Inalum Bertemu, Potensi Harga Saham Freeport USD 3,5 M
Perusahaan tambang multinasional Inggris-Australia, Rio Tinto Group (RIO.AX), menyatakan telah bertemu dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Tbk) atau Inalum dan juga dihadiri Freeport-McMoRan (FCX.N). Hal itu dinyatakan Rio Tinto pada Rabu (23/5).
Seperti dilansir Reuters, dalam pertemuan yang tidak disebutkan lokasinya itu, mereka membicarakan potensi pembelian saham Rio Tinto di tambang Grasberg, Papua, oleh Inalum, termasuk harganya. Disebut-disebut, potensi harga yang mencuat sekitar USD 3,5 miliar.
Meski begitu, dalam pertemuan tersebut Rio Tinto menyatakan tidak ada kesepakatan yang telah dicapai. Juga tidak ada kepastian bahwa perjanjian yang mengikat akan ditandatangani.
Rio Tinto tercatat memiliki Participating Interest (PI) atau hak kelola sebesar 41%. PI ini yang rencananya akan dibeli Inalum agar pemerintah bisa menguasai 51% saham di Freeport.
Proses divestasi saham Freeport sudah berlangsung sejak lama dan alot. Belum sepakatnya harga antara Inalum dan Freeport dalam pengambilalihan saham itu menjadi kendala. Padahal, Presiden Joko Widodo telah memerintahankan agar pencaplokan 51% saham Freeport rampung April lalu.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.