Sanksi AS Tak Berhasil Tekan Ekspor Logam dan Produk Pertambangan Iran
Teheran, Jurnas.com - Ekspor Iran dari berbagai logam dan produk pertambangan ke China meningkat secara signifikan tahun ini. Padahal, Negeri Para Mullah itu di bawah sanksi berat Amerika Serikat (AS).
Kementerian Perindustrian, Tambang dan Perdagangan (MIMT) Iran mengatakan, ekspor ke CHina dari logam-logam utama sudah mencapai nilai total USD1,568 miliar antara akhir Maret dan akhir Oktober tahun ini, lonjakan 150 persen dibandingkan ke periode yang sama pada tahun 2018.
Dikatakan item utama dalam daftar ekspor ke China termasuk bijih besi dan berkonsentrasi pada USD673 juta, katoda tembaga pada USD408 juta, baja ingot pada USD207 juta, bijih tembaga dan konsentrat pada USD127 juta dan ingot seng pada USD57 juta.
Laporan itu mengatakan bahwa total nilai ekspor logam dan produk pertambangan dari Iran ke berbagai negara dalam periode tujuh bulan yang berakhir pada 22 Oktober 2019 mencapai USD4,631 miliar, meningkat 6,16 persen tahun-ke-tahun.
Irak mengikuti China dalam daftar tujuan ekspor utama diikuti Indonesia, Thailand dan Turki, kata MIMT, menambahkan bahwa negara-negara seperti Afghanistan, Uni Emirat Arab, Oman, Pakistan dan Ghana mengimpor lebih dari USD100 juta logam dan produk pertambangan Iran selama periode tujuh bulan.
Nilai pengiriman ke Indonesia dan Pakistan masing-masing meningkat signifikan 135 dan 396 persen, sementara Turki mengimpor 13 persen lebih banyak logam dari Iran selama periode tersebut, kata laporan itu.
Data terbaru tersebut menunjukkan bahwa perdagangan logam Iran sedang berkembang meskipun ada sanksi AS yang secara khusus menargetkan sektor logam dan pertambangan sejak awal tahun ini.
Larangan perdagangan logam Iran diberlakukan pada Mei, tepat setahun setelah AS menarik diri dari perjanjian internasional utama tentang program nuklir Iran dan mulai menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi pada negara itu.
Para ahli percaya bahwa sanksi tersebut sebagian besar telah gagal menghentikan bisnis logam menguntungkan Iran karena semakin sulit untuk mengidentifikasi dan menargetkan pengiriman yang sebagian besar diekspor melalui negara ketiga.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.