Sektor Tambang Pimpin Penguatan Terbesar di Pasar Modal RI
Sektor saham tambang memimpin penguatan terbesar di antara sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kenaikan harga batu bara dan minyak dunia menjadi katalis untuk sektor saham tambang.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham 5 Agustus 2016, sektor saham tambang telah naik 49,86 persen secara year to date ke level 1.215,43. Sektor saham tambang terdiri dari 43 emiten tambang di BEI.
Selain itu, kenaikan sektor saham terbesar lainnya diikuti sektor saham infrastruktur, utilitas dan transportasi sebesar 22,28 persen, dan sektor saham aneka industri sebesar 25,75 persen.
Saham-saham yang cetak top gainer atau paling menguat sepanjang 2016 antara lain saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang naik 563,64 persen ke level Rp 730 per saham pada penutupan perdagangan saham Jumat 5 Agustus 2016. Kemudian disusul saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menguat 414,81 persen ke level Rp 278 per saham, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 159,55 persen ke level harga Rp 815 per saham, saham PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) naik 142,86 persen ke level Rp 1.020 per saham. Lalu ada saham PT Bukit Asam Tbk yang naik 128,73 persen ke level harga Rp 10.350 per saham.
Selain itu, ada saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 122,33 persen ke level Rp 1.145 per saham, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 117,03 persen ke level harga Rp 12.425 per saham, dan saham PT Medco Energi Tbk (MEDC) yang naik 105,03 persen ke level Rp 1.630 per saham. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 60,24 persen ke level Rp 2.620 per saham.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, kenaikan sektor saham tambang tersebut wajar mengingat sejak beberapa tahun sudah merosot lantaran harga batu bara dan minyak tertekan.
"Harga minyak dunia sempat sentuh level US$ 27-US$ 28 sekarang di kisaran US$ 45-US$ 50 per barel wajar kalau mengangkat harga saham tambang," kata Alfred.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan ada sejumlah faktor yang membuat harga komoditas naik, dan berlanjut hingga akhir tahun 2016. Pertama, Aditya menuturkan harga komoditas batu bara yang naik sejak awal tahun dari level di bawah US$ 60 per metric ton/MT menjadi US$ 67 per MT.
Ia menilai, perusahaan-perusahaan di China juga sudah mulai kembali impor batu bara. Ditambah pertumbuhan ekonomi China meski melambat tapi masih positif. Dengan melihat sentimen itu juga yang membuat harga batu bara diprediksi US$ 70 per MT pada akhir tahun.
Kedua, harga emas diperkirakan US$ 1.500 per ounce hingga akhir 2016. Saat ini harga emas bergerak di kisaran US$ 1.300. Aditya menuturkan, kalau dari Amerika Serikat (AS), perbaikan iklim ekonomi dan ketidakpastian kenaikan suku bunga AS itu berdampak positif ke harga emas. Hal itu juga dapat menaikkan harga komoditas lainnya.
"Filipina yang melakukan audit dan menutup perusahaan tambang mendorong kenaikan harga nikel menjadi sekitar US$ 10 ribu. Harga timah juga berada di kisaran US$ 17 ribu-US$ 18 ribu. Saham-saham korelasi dengan harga komoditas tersebut ikut naik. Saham PT Aneka Tambang Tbk, INCO, PT Timah Tbk pada 2015 valuasi harganya juga sudah cukup rendah," jelas Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Senin (8/8/2016). Ia menambahkan, sektor tambang masih menarik pada semester II 2016. Akan tetapi, Aditya menyarankan investor untuk memilih sektor saham yang berhubungan dengan proyek pemerintah antara lain properti, infrastruktur dan konstruksi. "Imbal hasil sektor komoditas sudah naik banyak sedangkan sektor properti, infrastruktur dan konstruksi akan memberikan imbal hasil lebih tinggi," kata dia.
Meski demikian, Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai pelaku pasar juga mesti hati-hati dengan kenaikan sektor saham tambang. Ia menuturkan, meski harga minyak sudah relatif stabil tetapi harga komoditas lainnya masih belum stabil.
"Sektor saham tambang ini masih tergantung harga minyak meski sudah naik ke level US$ 50 tapi harus hati-hati," kata dia.
Alfred menilai, komoditas batu bara masih lebih menarik ketimbang sektor tambang lainnya. Hal itu lantaran harga batu bara masih melanjutkan kenaikan, dan juga batu bara sebagai dasar energi. Selain itu, ada harapan ekonomi global membaik juga dapat mengangkat harga batu bara.
Ia pun merekomendasikan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Untuk target harga saham PT Bukit Asam Tbk di kisaran Rp 10.700 per saham.
Sedangkan Aditya merekomendasikan saham PTBA dengan target harga saham Rp 11.500 per saham, saham ADRO dengan target harga saham Rp 1.200, ITMG dengan target harga saham Rp 13.500, ANTM dengan target harga saham Rp 900, dan saham INCO dengan target harga saham Rp 2.750 per saham.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.