duniatambang.co.id - Sejumlah proyek hilirisasi tambang mineral mengalami kendala akibat belum meredanya wabah pandemi Covid19. Salah satu yang terkena dampak ini adalah proyek smelter yang sedang digarap oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Dari evaluasi progress di lapangan untuk periode enam bulanan, didapatkan data bahwa progress pembangunan proyek smelter itu baru mencapai 22,974 persen. Padahal untuk bulan Januari 2020 saja, target yang harus dipenuhi adalah 24,668 persen.
Pihak Amman Mineral Nusa Tenggara mengaku jika keterlambatan pembangunan proyek dari target tersebut, disebabkan oleh wabah pandemi yang mendera hampir seluruh negara di dunia. Terlebih, selama ini sebagian besar mitra dalam pengerjaan proyek itu merupakan negara yang sedang mengalami kebijakan pembatasan akibat pandemi. Negara yang menjadi mitra pembangunan proyek itu antara lain, Korea Selatan, Finlandia, India dan Cina.
Oleh karena sejumlah permasalahan di luar kontrol perusahaan itu, pihak Amman Mineral Nusa Tenggara mengaku sudah mengirimkan permohonan kepada pihak Kementerian ESDM. Permohonan itu yakni untuk bisa mendapatkan keringanan dengan penundaan pengerjaan proyek smelter tersebut. Saat ini, permohonan tersebut masih berada di tangan Kementerian ESDM dan menunggu keputusan final. Sebagai informasi, pihak Kementerian ESDM menargetkan proyek smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara bisa selesai dalam waktu 12 sampai 18 bulan.
Di pihak Kementerian ESDM sendiri, saat ini belum bisa memberikan keputusan terkait permohonan penundaan sejumlah proyek smelter, termasuk salah satunya milik PT AMNT itu. Pihaknya masih melakukan pembahasan perpanjangan proyek, terlebih UU Minerba yang baru belum lama ini juga sudah disahkan.
Jika nantinya pihak Kementerian ESDM menyetujui proyek itu untuk ditunda, maka kemungkinan besar akan molor hingga tahun 2023 mendatang.
Sembari menunggu keputusan dari pihak Kementerian ESDM, PT AMNT memilih untuk fokus dalam usaha pencegahan dan penanganan wabah Corona di internal perusahaan. Kebijakan ketat untuk menekan penyebaran wabah pandemi dikeluarkan perusahaan, agar semakin tidak menambah permasalahan baru yang bisa muncul.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.