Smelter Amman Mineral Beroperasi Paling Telat 2022
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan operasional fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) paling telat 2022. Hal itu sesuai amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2017.
Sebelumnya, eks PT Newmont Nusa Tenggara ini telah mengubah bentuk usaha pertambangannya dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin USaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi (OP). Konsekuensinya, perusahaan wajib menyelesaikan pembangunan smelter dalam tempo 5 tahun sejak PP1/2017 diteken.
"Perusahaan ini merupakan salah satu pioneer pelaksanaan PP Nomor 1 Tahun 2017 dan produk hukum turunannya. Salah satunya ditandai dengan ditargetkannya pengoperasian smelter paling telat 2022," ujar Arcandra saat berkunjung ke Wilayah Pertambangan Batu Hijau di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pekan lalu, dikutip dari keterangan resmi, Senin (12/8).
Dalam paparan kepada Arcandra, perusahaan berkomitmen untuk menyelesaikan smelter sesuai tenggat waktu. Menindaklajuti hal itu, Arcandra meminta perusahaan untuk segera menyerahkan rincian rencana pembangunan smelter-nya, dengan target per tahapan masing-masing selama 6 bulan.
Tahun ini, AMNT melalui perusahaan afiliasinya, yaitu PT Amman Mineral Industri (PTAMIN) telah menjadwalkan keputusan investasi final (Final Investment Decision/FID) dan finalisasi Front End Engineering Design (FEED).
Selanjutnya, perusahaan dapat memulai tahap konstruksi (Engineering Procurement & Construction/EPC) pembangunan fasilitas pemurnian konsentrat tembaga yang mencakup fasilitas pemurnian logam mulia (precious metal refinery).
Rencananya, smelter perusahaan memiliki kapasitas input sebesar 1 juta ton per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut dapat memproses konsentrat baik dari tambang Batu Hijau, maupun suplai potensial dari tambang Elang (saat ini dalam tahap eksplorasi) dan sumber pemasok konsentrat lainnya.
Sesuai Rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2019 yang diajukan oleh perusahaan, kegiatan eksplorasi 2019 berupa pemetaan seluas 2.000 hektare (ha) dan pengeboran sebanyak 57.600 meter (m), menggunakan hingga 10 mesin bor.
Kemudian, Blok Batu Hijau pemetaan 1.000 ha dengan pengeboran 1.200 m, Blok Elang pemetaan 500 ha dengan pengeboran 53,900 m untuk melanjutkan program pengeboran 2018 dan untuk studi geoteknik, hidrogeologi dan metalurgi. Adapun kegiatan di Blok Rinti berupa pemetaan 500 ha dan pengeboran 2.500 meter.
Selain itu, kegiatan pengupasan batuan penutup akan dilakukan seluruhnya di fase 7 dengan jumlah direncanakan sebesar 206,16 juta ton, dan penambangan bijih sebesar 630 ribu ton.
Tahun ini, alokasi investasi perusahaan menanjak menjadi US$1,15 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pada biaya operasional mine site sebesar US$54,7 juta, pengeluaran modal US$43,7 juta, dan kenaikan biaya eksplorasi dan advanced project US$2 juta. Namun, kenaikan tersebut diimbangi oleh turunnya biaya non operasional mine site sebesar US$46,4 juta.
Lebih lanjut, untuk pemasaran tahun ini, perusahaan akan menjual konsentrat sebanyak 373 ribu WMT (atau 339 ribu DMT). Rinciannya, sebanyak 336 ribu WMT untuk ekspor dan 37 ribu WMT sisanya untuk domestik.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.