Smelter Nikel di Sulawesi Dibakar, Ini Kata Kementerian ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia - Smelter nikel milik PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, pada Senin (14/12/2020). Kejadian tersebut disesalkan banyak pihak, termasuk pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah kini tengah berupaya menarik investor guna mendorong kegiatan hilirisasi di sektor pertambangan mineral dan batu bara.
Menanggapi peristiwa ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pun turut bersuara. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, pihaknya menyayangkan kejadian tersebut, terutama ketika pemerintah sedang berupaya meningkatkan investasi.
"Sangat disayangkan. Kita sedang meningkatkan investasi. Yang sudah ada, harus dijaga," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/12/2020).
Selain itu, lanjutnya, Kementerian ESDM menurutnya telah memasukkan sejumlah nama perusahaan pengelola smelter sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas). Ke depannya, imbuhnya, bagi perusahaan smelter yang belum dimasukkan ke dalam Obvitnas, pihaknya akan memasukkannya ke dalam daftar tersebut.
"ESDM sudah memasukkan perusahaan-perusahaan ini sebagai Obvitnas. Yang belum masuk, akan dimasukkan," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang juga menyayangkan kejadian tersebut. Pasalnya, industri nikel sangat penting bagi hilirisasi industri dan penguatan struktur industri.
"Saya sangat menyesalkan terjadinya pembakaran pabrik Virtue Dragon Nickel Industry. Saat ini pemerintah sedang bekerja keras membawa investasi ke Indonesia yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha bagi masyarakat," ujar Agus dalam keterangan resmi dikutip Rabu (16/12/2020) malam.
Pembakaran fasilitas industri menjadi hal yang tidak perlu karena perusahaan dan karyawan bisa melakukan dialog untuk mencapai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Agus mengimbau pekerja untuk menahan diri, dan membuka ruang dialog dengan pihak manajemen untuk menyelesaikan segala isu secara transparan agar kejadian ini tidak terulang kembali.
"Sebaliknya, saya juga meminta perusahaan untuk mematuhi seluruh peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, termasuk memastikan pemenuhan hak para pekerja," katanya.
Hal senada diungkapkan pengusaha smelter lainnya. Pengusaha smelter nikel lainnya pun menyayangkan peristiwa tersebut. Berharap agar kejadian ini tidak berdampak negatif pada iklim investasi Indonesia.
Hal itu disampaikan CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus kepada CNBC Indonesia.
Alex berharap agar kejadian ini tidak menjadi alasan bagi para investor untuk menilai iklim investasi di Indonesia tidak baik.
"Kita tentu sangat menyayangkan peristiwa tersebut. Semoga kejadian ini tidak menjadi dasar para investor untuk menilai iklim investasi di Indonesia," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/12/2020).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.