MAKASSAR—Penghiliran industri berbasis sumber daya alam melalui pengembangan industri smelter diyakini bakal menjadi sumber penopang pertumbuhan ekonomi baru di wilayah timur.
I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, mengatakan implementasi dari penghiliran tersebut dimanifestasikan melalui pembangunan sejumlah kawasan industri pengolahan bahan baku bijih nikel dan stainless steel pada sejumlah daerah di wilayah timur.
Dia menyebut, kawasan industri tersebut di antaranya Kawasan Industri Morowali Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan serta Kawasan Industri Konawe Sulawesi Tenggara.
"Seluruh kawasan ini dibangun dengan pola terintegrasi dengan sejumlah infrastruktur pendukung. Orientasinya betul-betul penghiliran. Untuk jangka panjang, penyerapan tenaga kerja dan tentunya meningkatkan taraf ekonomi di wilayah ini," ujarnya di sela-sela Seminar Nasional bertajuk Pengembangan Industri Berbasis Smelter dan Stainless Steel di Makassar, Kamis (2/3).
Dia menguraikan, Kawasan Industri Morowali yang memiliki luasan lahan hingga 2.000 hektare menarik investasi sebesar US$6 miliar atau ekuivalen dengan Rp78 triliun. Proyek ini diestimasi menyerap 20.000 tenaga kerja dan memungkinkan pembukaan lapangan kerja pada sektor turunannya sebanyak 80.000 orang.
Kemudian untuk Kawasan Industri Bantaeng yang memiliki luas 3.000 hektare dengan estimasi menghimpun US$ 5 miliar atau setara dengan Rp55 triliun, yang mana Harbour Group bertindak sebagai investor.
Sementara itu, untuk Kawasan Industri Konawe, diprediksi akan menarik investasi sebanyak Rp28 triliun dan dikelola oleh Virtue Dragon Nickel Industry, dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 18.000 pekerja.
Serangkaian pembangunan kawasan industri berorientasi pada penghiliran itu mengacu pada UU No.3/2014 tentang Perindustrian, kemudian pelaksanaannya diatur dalam PP No.41/2015 tentang Sumber Daya Industri. Selain itu, pelarangan maupun pembatasan ekspor konsentrat juga menjadi katalis dalam pengembangan penghiliran industri yang tengah dikembangkan di wilayah timur.
Secara nasional, Kemenperin mencatat telah ada 20 proyek industri berbasis smelter yang telah rampung, kemudian sembilan tahap pembangunan serta tiga proyek dalam tahap perencanaan yang tersebar pada beberapa daerah di Tanah Air.
Menurut Suryawirawan, proyek smelter itu merupakan bagian dari penghiliran industri berbasis logam yang dicanangkan pemerintah untuk direalisasikan investor dalam beberapa tahun ke depan dengan nilai investasi keseluruhan mencapai US$18 miliar dan terbagi dalam 32 proyek di 22 kabupaten/kota di Tanah Air.
KONSISTENSI
Dedy Mulyadi, Direktur Pengembangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) selaku pengelola Kawasan Industri Morowali, mengatakan konsistensi pemerintah terkait dengan kebijakan pelarangan ekspor konsentrat sangat dibutuhkan dalam optimalisasi dan pengembangan industri smelter.
"Penghiliran industri berbasis mineral logam ini bergantung pada eksistensi pemerintah pelarangan ekspor mineral. Investor sejauh ini sudah menanamkan modal US$5 miliar hingga US$6 miliar untuk pembangunan smelter dan stainless steel, karena acuannya memang untuk mendukung penghiliran," katanya.
Berdasarkan catatan IMIP, lanjut Dedy, industri smelter feronikel dan stainless steel yang telah beroperasi dan berproduksi diantaranya PT Sulawesi Mining Investment (SMI) dengan kapasitas 300.000 ton, PT Indonesia Guang Ching Nickel dengan kapasitas 600.000 ton, PT Broly Nickel Industry 1.000 ton nickel mate serta PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan produksi 1 juta ton.
"Sejauh ini, sudah ada lima industri feronikel dan stainless steel. Belum termasuk beberapa industri lain seperti kapur, kokas dan lainnya. Kawasan ini sudah terintegrasi penuh dengan lima pelabuhan sehingga untuk kegiatan logistiknya lebih terakomodasi," katanya.
Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja telah mencapai sekitar 12.000 orang dan ditargetkan pada 2020 mendatang telah mencapai 20.000 seiring dengan pengembangan yang dilakukan.
Pada tahun ini, investor asal Eropa akan segera merealisasikan investasi di kawasan industri Morowali yang juga bergerak pada smelter feronikel serta penguatan power plant. Realisasi itu diharapkan menunjang seluruh kegiatan industri di kawasan tersebut yang saat ini didukung pasokan listrik 1.130 MW.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.