Smelter dan Industri Turunan Butuh Lahan 1.200 Hektare
Mataram (Suara NTB) – Pembangunan smelter dan industri turunannya di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) membutuhkan lahan sekitar 1.200 hektare. Ada beberapa tahapan dalam rencana pembangunan smelter PT. AMNT yang harus dilakukan.
‘’Pertama, perencanaan dan lokasi perizinan. Tahun 2017-2019, memastikan lokasi pembangunan sesuai dengan RTRW. Bahwa lokasi yang dimohonkan peruntukannya untuk industri pertambangan. Lokasi yang dimohonkan sekitar 1.200 hektar berada di lima desa di KSB,’’ sebut Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M. Sc, M.TP di Kantor Gubernur, Selasa, 7 Mei 2019.
Ridwan menjelaskan, pada tahap awal, PT. AMNT mengajukan permohonan lahan untuk lokasi pembangunan smelter seluas 200 hektare. Tetapi permohonan ini ditambah lagi 850 hektare untuk membangun industri turunannya. Seperti industri pupuk, semen dan kabel. ‘’Ini yang sedang berproses,’’ jelasnya.
Mantan Kepala Bappeda NTB ini mengatakan, sejak 2017 sudah selesai rekomendasi kesesuaian ruang. Kemudian izin pemanfaatan ruang dari pemerintah provinsi. Pada 2018, karena ada penambahan untuk membangun industri hilirnya. Pemprov melakukan konsultasi ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), mereka mengatakan tak ada masalah. Lokasi yang dimohonkan sudah sesuai dan izinnya bisa diberikan Pemprov NTB. Baca juga: Gubernur Tagih Kepastian Pembangunan Smelter, AMNT Janji Mulai Konstruksi Awal 2020
‘’Rekomendasi BKPRD provinsi juga ke luar di 2018. Artinya, dari sisi tata ruang lokasi pembangunan smelter dan industri hilirnya sudah tak ada masalah,’’ ucap Ridwan.
Tahun 2019, ada empat yang harus diselesaikan. Yakni, PT. AMNT menyiapkan master plan dan site plan untuk penggunaan ruang pada lokasi 850 hektare. Juga menyediakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagai syarat penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Terakhir, proses penilaian harga tanah dan bangunan yang disusun tim appraisal.
Sesuai aturan, smelter yang akan dibangun di KSB harus mulai beroperasi tahun 2022. Menurutnya, pembangunan pabrik pemurnian dan peleburan emas dan tembaga dapat paralel dengan pembangunan industri turunannya.
‘’Karena beroperasi 2022, kita harapkan 2019-2021 ini konstruksinya sudah dimulai dan diharapkan selesai 2021. Konstruksi sampai saat ini belum dimulai,’’ katanya.
Seperti diketahui, PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) akan membangun smelter dengan kapasitas 1,3 juta ton konsentrat per tahun. Saat ini proses pengembangan sudah dalam tahapan Front End Engineering Design (FEED) yang dilakukan bersama Outotec sebagai salah satu teknologi provider terdepan dalam industri smelting dan refining.
Fasilitas peleburan dan pemurnian emas dan tembaga dengan kapasitas 1,3 juta ton konsentrat tersebut dibangun di KSB, direncanakan awal 2020 sudah mulai konstruksi. Ditargetkan pertengahan 2022, smelter tersebut sudah selesai dibangun. (nas)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.