Soal Divestasi Freeport, Rini: Kalau Deal Baru Bisa Bicara
PROSES divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI) terus dilakukan pemerintah Indonesia. Melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), pemerintah akan membeli participating interest (PI) atau hak kelola yang dimiliki perusahaan tambang multinasional Inggris-Australia, Rio Tinto sebesar 41%.
Hak kelola itu akan dibeli Inalum agar pemerintah bisa menguasai 51% saham di Freeport. Sebelumnya Reuters dan Bloomberg mengabarkan Rio Tinto telah setuju melepas sahamnya di Freeport sebesar US$3,5 miliar.
Menanggapi berita itu, Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku belum bisa mengungkapkan besaran nominal akuisisi tersebut. Rini mengaku baru bisa mengumumkan akuisisi setelah terjadi kesepakatan.
"Kita masih dalam tahap finalisasi untuk penandatanganan heads of agreement (perjanjian pendahuluan)," ujar Rini di Jakarta, Rabu (23/5).
"Kalau sudah tanda tangan heads of agreement baru bisa bicara," sambungnya.
Meski demikian, Rini yakin proses divestasi akan selesai pada Juni mendatang. "InsyaAllah (divestasi) bisa capai Juni ini," ucapnya.
Sebelumnya Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin juga meyakini proses divestasi akan selesai pada Juni mendatang.
"Iya (target selesai Juni), memang masih harus ada koordinasi (dengan kementerian terkait)," ujar Budi.
Molornya proses divestasi dari target April, kata Budi, karena Freeport ingin proses divestasi selesai bersamaan dengan tiga persoalan lainnya.
Tiga persoalan tersebut ialah proses perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) Freeport yang hingga kini belum tuntas. Lalu proses pembangunan fasilitas pemurnian hasil tambang (smelter) milik Freeport yang belum juga selesai. Terakhir ialah stabilitas investasi terkait dengan royalti dan pajak.
"Jadi kalau ditanya ini kenapa (molor), ya karena semuanya belum selesai. Masih harus diselesaikan secara terintegrasi," tukasnya.
Saat dihubungi secara terpisah, juru bicara Freeport Riza Pratama membenarkan bahwa Freeport menginginkan penyelesaian divestasi berbarengan dengan tiga persoalan lain.
"Iya betul (kita minta bersamaan)," ujarnya.
Saat ini, kata dia, proses pembahasan divestasi Freeport masih dalam tahap valuasi antara Inalum dan Rio Tinto.
"Statusnya menunggu hasil perundingan antara Rio Tinto dan pemerintah soal pembelian participating interest," pungkasnya. (X-12)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.