a a a a a
News Update Soal smelter tembaga di Weda Bay, DPR tunggu kesepakatan Freeport dan Tsingshan
News

Soal smelter tembaga di Weda Bay, DPR tunggu kesepakatan Freeport dan Tsingshan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) sedang membahas kerjasama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera. Komisi VII DPR RI pun buka suara terkait rencana tersebut.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengatakan, pihaknya tidak akan masuk dalam ranah Business to Business (B to B) antara Freeport dengan Tsingshan. Menurut Eddy, opsi kerjasama dan investasi tersebut masih berada dalam ranah korporasi, sehingga Komisi VII akan melihat terlebih dulu bagaimana kesepakatan B to B yang dicapai keduanya.


"Masalah keekonomian, untung rugi smelter tembaga di Weda Bay, tentu kami serahkan sepenuhnya kepada para pihak terkait. Karena ini sejatinya menjadi keputusan B to B diantara mereka. Kita mendukung agar proses ini bisa berjalan dengan cepat," kata Eddy kepada Kontan.co.id, Selasa (1/12).

Kata Eddy, pada prinsipnya Komisi VII DPR akan mendukung upaya hilirisasi mineral di dalam negeri, termasuk jika ada opsi kerjasama dalam membangun smelter tembaga antara Freeport dan Tsingshan. "Supaya tercipta sektor industri pertambangan, termasuk adanya nilai tambah dari mineral di Indonesia. Itu akan berdampak positif pada peningkatan tenaga kerja," sambung Eddy.

Asal tahu saja, Komisi VII tengah serius mendalami kelayakan ekonomi proyek smelter tembaga. Merujuk pemberitaan Kontan.co.id, Komisi VII telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan Asosiasi Pertambangan Indonesia alias Indonesian Mining Association (IMA), Senin (23/11) malam.

Eddy Soeparno menyampaikan, bersama IMA, pihaknya telah mengadakan diskusi terkait hilirisasi mineral dan batubara (minerba) di Indonesia. Mulai dari komoditas nikel, tembaga hingga batubara. "Dalam hal ini kami lihat betapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses awal sampai dengan produk pasca pengolahan di dalam smelter," ungkap Eddy kepada Kontan.co.id, Jum'at (27/11).

Baca Juga: Dikabarkan kerja sama dengan Tsingshan, Freeport tetap laksanakan proyek smelter

Namun khusus untuk komoditas tembaga, bisa lain ceritanya. Berdasarkan masukan yang diterimanya, Eddy menjelaskan peningkatan nilai tambah terbesar pada tembaga terjadi saat pengolahan bijih menjadi konsentrat tembaga dengan nilai tambah hingga 95%. "Untuk meningkatkan itu ke dalam smelter menjadi katoda tembaga, nilai tambahnya sangat kecil," sebut Eddy.

Padahal, investasi untuk membangun smelter tembaga baru terhitung besar hingga miliaran dolar Amerika Serikat. Alhasil, Eddy menegaskan bahwa Komisi VII DPR RI akan melakukan pendalaman untuk mengetahui tingkat keekonomian dan kelayakan proyek smelter tembaga.

"Kami mendengar bahwa itu ada kerugian yang sangat besar (membangun smelter tembaga baru) yang akan diderita. Nilai tambahnya juga sangat kecil," imbuhnya.

Bahkan, Eddy menyampaikan, jika smelter tembaga baru tetap dibangun, bukan tidak mungkin Indonesia hanya akan memberikan semacam subsidi terhadap industri di negara lain yang mengkonsumsi produk katoda tembaga. Sebab, belum ada industri turunan di dalam negeri yang mampu untuk menyerap produk katoda tembaga yang dihasilkan smelter.

"Oleh karena itu kami berkesimpulan di Komisi VII bahwa kita akan melakukan pendalaman lebih lanjut lagi terkait hilirisasi pertambangan, khususnya untuk tembaga," tegas Eddy.

Di sisi lain, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengkonfirmasi sedang menjajaki kerjasama dengan Tsingshan Steel untuk membangun smelter tembaga baru. Freeport menggandeng perusahaan baja asal China itu untuk membangun smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera.

Namun, Tony menegaskan bahwa kemitraan itu masih dalam tahap pembahasan. Dia menyebut, penjajakan kerjasama sesuai dengan arahan dari pemerintah. "Masih dalam pembahasan. Kami sepenuhnya mengikuti arahan Pemerintah," kata Tony.

Latest News

PLN Siap Pasok Smelter Antam Hingga 30 Tahun PLN Siap Pasok Smelter Antam Hingga 30 Tahun
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PLN Pasok Listrik ke Pabrik Smelter Antam Selama 30 Tahun ke DepanPLN Pasok Listrik ke Pabrik Smelter Antam Selama 30 Tahun ke Depan
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Smelter Feronikel Baru Antam ANTM di Halmahera Timur Bakal Dipasok Listrik dari PLNSmelter Feronikel Baru Antam (ANTM) di Halmahera Timur Bakal Dipasok Listrik dari PLN
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Member PT Hengtai Yuan
Member PT Indotama Ferro Alloys
Member PT Smelting
Member PT Bintang Smelter Indonesia
Member PT Meratus Jaya Iron  Steel
Member PT Cahaya Modern Metal Industri
Member PT Delta Prima Steel
Member PT karyatama Konawe Utara
Member PT Refined Bangka Tin
Member PT Central Omega Resources Indonesia
Member PT Kasmaji Inti Utama
Member PT Monokem Surya
Member PT Tinindo Internusa
Member PT Macika Mineral Industri
Member PT Indra Eramulti Logam Industri
Member PT Indonesia Weda Bay Industrial Park
Member PT AMMAN MINERAL INDUSTRI AMIN
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
Switch to Desktop Version
Copyright © 2015 - AP3I.or.id All Rights Reserved.
Jasa Pembuatan Website by IKT