Sulawesi jadi Andalan Kemenperin Genjot Industri Smelter
Jakarta, CNN Indonesia -- Pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong percepatan pembangunan Kawasan Industri Konawe di Sulawesi Tenggara dan Morowali di Sulawesi Tengah sebagai salah satu prioritas dalam program pengembangan basis industri logam.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, Kawasan Industri Morowali akan menjadi andalan pemerintah dalam mendorong program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah mineral mentah di dalam negeri.
"Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel,” jelas Airlangga, dikutip dari laman Kemenperin, Senin (16/1).
Airlangga percaya, dua kawasan industri seluas 2 ribu hektare tersebut akan menarik investasi Rp78 triliun dan menciptakan tenaga kerja langsung sebanyak 20 ribu orang, dan tidak langsung mencapai 80 ribu orang.
Angka tersebut termasuk perusahaan-perusahaan yang sudah lebih dahulu masuk ke kawasan tersebut, seperti di Kawasan Industri Morowali, yaitu smelter feronikel milik PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300 ribu ton per tahun sejak Januari 2015.
"Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun," ujar Airlangga.
Selanjutnya, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun dan didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2x150 MW. Pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.
"Sebagai tahap lanjutan dari PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry, saat ini juga telah dilakukan commissioning test pabrik stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun," ungkapnya.
Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600 ribu ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60 persen.
"PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome yang merupakan smelter Chrome juga masih dalam tahap pembangunan dengan progress 60 persen dan diharapkan pada awal 2018 pabrik ini dapat mulai berproduksi," ujarnya.
Perusahaan smelter lainnya, yakni PT Broly Nickel Industry Pabrik Hidrometalurgi dengan kapasitas 2 ribu ton per tahun, yang akan dikembangkan menjadi 8 ribu ton per tahun nikel murni sedang dalam uji coba produksi.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.