Direktur Keuangan Timah Emil Emindra mengatakan 84% anggaran belanja modal tersebut atau sekitar Rp2,23 triliun untuk keperluan induk usaha dan 16% sisanya atau sekitar Rp422 miliar untuk anak perusahaan.
“Anggaran investasi TINS tetap konsisten meneruskan dan berkesinambungan terhadap tahun 2016 dan 2017 sesuai dengan tahapan strategi turn around PT Timah yang telah disusun oleh direksi baru sejak masuk kuartal I tahun 2016 yang lalu yaitu sekitar Rp2,65 triliun,” katanya ketika dihubungi, Kamis (14/12/2017).
Menurutnya, secara berkesinambungan, perusahaan fokus menyiapkan pembiayaan modal kerja dan investasi untuk memperkuat kapasitas dan produktivitas operasi serta produksi perusahaan.
“Apa bidang aktivitas usahanya? Ya tentunya sisi aktivitas bidang pertambangan, baik eksplorasi untuk memperkuat cadangan maupun penguatan kapasitas operasi tambang darat maupun tambang laut,” katanya.
Di samping itu, ujar Emil, perusahaan akan meneruskan tahap berikutnya dalam investasi di bidang aktivitas peleburan logam (smelter) serta kapasitas dan produktivitas di anak usaha, PT Timah Industri, sebagai strategi hilirisasi dari produk Timah.
Emil mengatakan struktur dana untuk pembiayaan modal kerja dan investasi perusahaan sudah cukup baik dan kuat. Dengan demikian, emiten berkode saham TINS tersebut kemungkinan tidak menerbitkan obligasi pada 2018.
“Namun, kalau nanti ternyata kami membutuhkan tambahan dana untuk memanfaatkan peluang pengembangan operasional usaha saat ini maupun usaha baru tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan penerbitan (obligasi) lagi,” kata Emil.
Menurutnya, perusahaan memperoleh izin penerbitan obligasi untuk beberapa tahun. Pada 2017, Timah telah menerbitkan surat utang senilai Rp1,5 triliun yang terdiri dari obligasi senilai Rp1,2 triliun dan sukuk ijarah Rp300 miliar.
Dana yang diperoleh dari hasil penerbitan obligasi setelah dikurangi biaya emisi itu sebagian besar dengan porsi 70% akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri dari rekondisi peralatan serta peningkatan kapasitas produksi.
Rekondisi dan peningkatan itu meliputi pengadaan kapal isap produksi, pengadaan kapal penambangan laut tekonologi tepat guna, pengadaan peralatan ausmelt dan fuming, kegiatan eksplorasi dan pembukaan tambang besar.
Sementara itu, 30% lainnya akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang jangka pendek yang berasal dari fasilitas kredit modal kerja (KMK). Di sisi lain, dana hasil penerbitan sukuk ijarah setelah dikurangi biaya emisi juga akan digunakan untuk rekondisi peralatan produksi.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.