Tahun Depan, Vale Indonesia Alokasikan 'Capex' US$ 130 Juta
JAKARTA, investor.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 130 juta pada 2021. Alokasi ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi 2020 yang mencapai US$ 120 juta.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernadus Irmanto mengatakan, belanja modal pada 2021 akan digunakan untuk pembangunan kembali furnace 4 dan peremajaan alat berat tambang serta pengembangan tambang. "Dana untuk belanja modal pada 2021 akan bersumber dari kas internal," jelas dia kepada Investor Daily, Selasa (22/12).
Dengan adanya belanja modal tersebut, Irmanto berharap bisa mendukung kinerja tahun depan. Meski dari sisi produksi akan mengalami penurunan karena satu furnace akan berhenti beroperasi selama kurang lebih 5 bulan. "Mudah-mudahan harga nikel masih menunjukkan tren membaik sehingga bisa mengkompensasi penurunan produksi," ujar dia.
Sementara hingga kuartal III-2020, Vale Indonesia membukukan laba sebelum pajak sebesar US$ 32,2 juta, meningkat 53% dibandingkan kuartal II-2020 yang mencapai US$ 21,1 juta. Sedangkan laba bersih dan EBITDA pada periode yang sama masing-masing sebesar US$ 23,5 juta dan US$ 84,7 juta.
Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan, peningkatan EBITDA didorong oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi. Harga realisasi nikel pada kuartal III-2020 tercatat meningkat 13% dibandingkan harga pada kuartal II-2020.
Di sisi pengiriman, perseroan bisa mengirim 19.954 metrik ton (mt) nikel pada kuartal III-2020. Kemudian beban pokok pendapatan pada kuartal III-2020 meningkat 0,4% dibandingkan kuartal II-2020.
"Operasi kami pada kuartal ketiga tahun 2020 lebih baik meskipun dalam situasi pandemi. Kami juga menghasilkan volume produksi yang lebih tinggi dan beban pokok pendapatan bisa dikendalikan, di saat yang bersamaan, kami juga diuntungkan dari kenaikan harga nikel," jelas Nico.
Kemudian di sisi kas, pada 30 September 2020 tercatat sebesar US$ 361,4 juta, naik dari periode 30 Juni 2020 yang mencapai US$ 72,7 juta. Peningkatan kas ini didorong oleh penerimaan yang lebih tinggi dari para pelanggan.
Adapun pada semester pertama tahun depan, Vale Indonesia menargetkan bisa memenuhi semua persyaratan untuk proyek smelter Pomalaa di Sulawesi Tenggara dan Bahodopi di Sulawesi Tengah. Perseroan memperkirakan investasi untuk kedua proyek smelter tersebut sekitar US$ 4 miliar.
Irmanto mengatakan, untuk proyek smelter di Pomalaa, perseroan sedang dalam memproses untuk menyelesaikan final investment decision (FDI). Kemudian, perseroan juga sedang menyamakan pandangan dan memenuhi persyaratan dari mitra strategis yang terlibat dalam proyek Pomalaa.
Menurut Irmanto, sejauh ini perseroan tidak mengalami kendala berarti dalam memenuhi persyaratan dan juga memperoleh perizinan. Pemerintah, terutama dari pihak Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga sangat membantu dalam memenuhi persyaratan tersebut. "Semua persyaratan diharapkan sudah bisa dipenuhi pada semester pertama tahun depan sehingga pada kuartal III-2021, keputusan investasi (FDI) bisa diambil," kata dia.
Adapun untuk proyek smelter di Pomalaa, perseroan menggandeng Sumitomo Metal Mining. Bernadus memperkirakan proyek smelter di kawasan Sulawesi Tenggara ini akan menggunakan dana sekitar US$ 2,5 miliar.
Lebih lanjut, untuk proyek smelter di Bahodopi, perseroan juga tengah mempersiapkan persyaratan untuk keputusan final investasi. Perseroan juga sedang memproses perizinan yang sedikit tertinggal dari proyek Pomalaa. Ditambah pula, ada pandemi Covid-19 yang menganggu proses tersebut.
Namun, perseroan berharap bisa menyelesaikan semua persyaratan dan perizinan pada semester satu tahun depan. Perseroan juga telah menemukan mitra strategis untuk menjalankan proyek, yakni investor dari Tiongkok. Akan tetapi, perseroan belum bisa menyebutkan nama mitra dari negara Tiongkok tersebut karena ada confidentiality agreement yang disepakati di antara kedua pihak. Untuk investasi, nilainya akan mencapai sekitar US$ 1,5 miliar. Namun jumlahnya akan disesuaikan setelah semua studi teknis selesai.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.