Tahun Ini, Vale Indonesia Anggarkan 'Capex' Lebih Rendah
JAKARTA, investor.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini di bawah realisasi anggaran tahun 2019 yang sebesar US$ 166,6 juta. Mayoritas capex 2020 akan disalurkan untuk keperluan pembangunan ulang tanur peleburan dan pengolahan bijih nikel (furnace) 4.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, capex paling besar perseroan tahun ini adalah untuk membiayai proyek Larona Canal Lining yang sudah diselesaikan pada kuartal II-2019. Tahun lalu, perseroan mengeluarkan capex sebesar US$ 166,6 juta, meningkat 99% dibandingkan realisasi capex 2018 sebanyak US$ 83,3 juta. “Sebenarnya alokasi capex 2020 tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Tapi sedikit lebih rendah,” jelas dia kepada Investor Daily di Jakarta, Minggu (23/2).
Tahun ini, kata Bernardus, perseroan juga fokus menyelesaikan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan investasi final pengembangan smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Pihaknya menargetkan, semua aspek teknis, perizinan, serta dokumen-dokumen kunci terkait kedua proyek tersebut bisa tuntas tahun ini.
Selain itu, lanjut dia, perseroan senantiasa meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan resiko terkait operasional perusahaan. Perseroan juga berupaya beroperasi secara ramah lingkungan. “Beberapa waktu lalu, induk usaha kami telah mencanangkan Vale Indonesia menjadi salah satu perusahaan tambang paling aman di dunia, dan kami mendukung penuh komitmen tersebut,” jelas Bernardus.
Tahun ini, Vale juga bersiap menuntaskan kewajibannya terkait divestasi saham perseroan. Seperti diketahui, pada 14 Oktober 2019, Vale bersama dengan para pemegang sahamnya, Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) telah menandatangani perjanjian pendahuluan sebagai awal dari proses divestasi. Pemerintah Indonesia telah menunjuk Inalum sebagai perwakilan untuk mengakuisisi saham divestasi Vale Indonesia.
Pada 30 Desember 2019, tercatat semua pihak telah sepakat untuk memperpanjang batas waktu penandatanganan perjanjian definitif hingga akhir kuartal I-2020.
Sementara itu, perseroan membukukan laba sebelum pajak penghasilan sebesar US$ 89,1 juta pada 2019 terutama didorong oleh kenaikan harga nikel dan kemampuan manajemen menerapkan manajemen biaya yang hati-hati. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 8% dari laba sebelum pajak penghasilan 2018. Selama dua kuartal terakhir tahun 2019, perseroan juga memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam produksi nikel dan harga realisasi rata-rata.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter menjelaskan, peningkatan harga nikel pada semester II-2019 membawa dampak positif bagi kinerja keuangan perseroan. Hal ini memungkinkan perseroan untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dan kas selama periode tersebut untuk mengompensasi hasil yang lebih rendah di semester I-2019.
“Namun yang membedakan kami adalah kemampuan untuk mengelola biaya secara hati-hati meskipun produksi nikel kami lebih rendah pada tahun 2019. Dengan pencapaian ini kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi kami pada tahun 2020 dan terus mengelola biaya dengan efektif,” kata Nico.
Harga realisasi nikel rata-rata pada tahun 2019 sebesar US$ 10.855 per ton, sekitar 6% lebih tinggi dibandingkan harga realisasi rata-rata pada 2018. Vale Indonesia mencatat penjualan sebesar US$ 782 juta pada 2019 atau 1% di atas penjualan yang tercatat pada 2018 sebesar US$ 776,9 juta.
Sedangkan beban pokok pendapatan perseroan pada 2019 menurun sebesar 1% menjadi US$ 665,6 juta dari sebelumnya US$ 672,9 juta pada tahun 2018. Kas dan setara kas perseroan per 31 Desember 2019 sebesar US$ 249 juta, turun sebesar US$ 52,1 juta dari saldo per 31 Desember 2018 terutama disebabkan oleh pengeluaran kas yang lebih tinggi terkait belanja modal pada 2019.
Tahun lalu, perseroan mencatat penjualan sebesar 72.044 ton nikel dalam matte, turun 5% dari penjualan 2018 sebesar 75.631 ton. Penurunan ini terutama disebabkan oleh aktivitas-aktivitas pemeliharaan utama yang terkait dengan Larona Canal Lining dan tanur listrik 4 pada semester I-2019.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.