Tanggapan Staf Khusus Nurdin Abdullah Terkait Smelter di Bantaeng
RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Staf Khusus Bupati Nurdin Abdullah, Bunyamin Arsyad memberi tanggapan terkait pembangunan smelter di daerah itu, yang dikritik oleh Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu'mang.
Hal ini bermula, saat Agus menanggapi postingan video Nurdin Abdullah, kemarin, tentang pembangunan di Sulsel.
Bunyamin menganggap, kurang tepat kalau pembangunan di Sulsel yang ada di video itu, dibandingkan dengan rencana pembangunan smelter di Bantaeng.
"Sebab smelter dan industri ikan di Bantaeng, dibangun sama sekali tidak merugikan rakyat pembayar pajak. Dan juga tidak merugikan keuangan negara, karena dana untuk membangunnya sepenuhnya adalah milik dan berasal dari pihak swasta," kata Bunyamin kepada Rakyatku.com, Selasa (18/7/2017).
Ia menegaskan, dalam pembangunan itu, tidak ada uang negara yang dihamburkan.
Jika industri ini terlambat atau tidak jalan kata dia, maka sesungguhnya pihak swasta yang rugi. Bukan uang negara.
"Jelas hal ini berbeda telak dengan objek pembangunan yang disorot anak muda kreatif lewat video mereka," katanya.
Soal postingan itu, ia menjelaskan, bila video tersebut bukan dibuat Nurdin Abdullah. Tapi merupakan hasil kreativitas anak muda yang mengharapkan NA menjadi Gubernur memimpin Sulsel.
"Kedua, mereka (kelumpok anak muda) memotret realitas pembangunan Sulsel yang masih menjadi persoalan dan harus dicarikan solusi penyelesaiannya, sekaligus merekam harapan rakyat Sulsel ke depan.
Nurdin Abdullah dan Mendagri, Tjahjo Kumolo
Dalam video itu para anak muda kreatif memotret bahwa ada beberapa pembangunan yang harus dilanjutkan dan dituntaskan," jelasnya.
Sehingga menurut Bunyamin, jangan disalahartikan video itu bermaksud mendiskreditkan pihak lain. Dalam video tersebut, mereka juga menampilkan pembangunan yang dinilai berhasil di Bantaeng, dengan menampilkan fakta berupa gambar dan testimoni warga yang merasakan hasil kerja Nurdin Abdullah sebagai bupati Bantaeng dua periode.
"Sebenarnya, soal keberhasilan NA memimpin Bantaeng dibuktikan dengan tingkat keterpilihan NA yang tinggi hingga mencapai 86% pada Pilkada periode kedua. Itu berarti, warga Bantaeng puas dengan kinerja NA," ujarnya.
"Dan oleh anak muda pembuat video, mereka ingin menjadikan pembangunan Bantaeng sebagai role model atau contoh bagi pembangunan dalam skala yang lebih besar, dalam hal ini di Sulsel. Karena itu, sangatlah berbeda antara objek yang disoroti dalam video tersebut dengan smelter dan pabrik pengalengan ikan di Bantaeng," kata Bunyamin melanjutkan.
Dalam video tersebut, yang disorot adalah proyek pembangunan yang menggunakan uang negara melalui skema APBD maupun APBN.
Melalui video itu, mereka ingin memberikan pesan agar proyek pembangunan itu dituntaskan oleh siapapun yang terpilih menjadi Gubernur Sulsel.
Pesan yang ingin disampaikan, kalau tidak dituntaskan maka jelas merugikan rakyat pembayar pajak, dan merugikan negara yang dipercaya rakyat untuk menjadi pengelola anggaran.
"Setelah diamati, tidak ada sedikitpun dalam video yang dibuat relawan muda NA itu yang bertujuan menjelekkan daerah lain atau tokoh lain. Para anak muda kreatif tersebut merekam realitas yang nyata ada di Sulsel, bukannya mereka menyebarkan berita bohong. Buktinya, ada gambar yang ditampilkan," tutup Bunyamin.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.