Bisnis.com, JAKARTA — PT Timah Tbk. berencana mengerek target penjualan logam timah akir tahun ini dari RKAP awal pada 2019 sebesar 38.010 metric ton menjadi 60.000 metric ton melalui tambahan produksi dari tambang rakyat yang terdampak dari penertiban penambang ilegal.
Direktur Keuangan TINS Emil Ermindra mengatakan bahwa perseroan berencana membina dan menampung bijih timah sebesar 75% dari produksi yang dihasilkan oleh tambang rakyat atau alternatif lainnya adalah 60% dilakukan BUMN dan 40% swasta, supaya tidak ada monopoli.
Selain itu, kata dia, target penjualan tahun ini yang disusun sebesar 38.010 metric ton tergolong rendah sehingga harus dipacu lagi dengan berkaca pada hasil produksi tahun lalu mencapai 44.000 metric ton.
Menurutnya, potensi produksi pasar timah Indonesia mencapai 70.000 metric ton.
“Saat ini, untuk melakukan proses produksi kapasitas ada batasannya pergerakan modal kerja berubah, dollar juga berfluaktif, untuk bisa efektif lebih cepat makanya memanfaatkan kapasitas produksi di lapangan yang ada[tambang rakyat],” jelasnya usai RUPS, Selasa (23/4/2019).
TINS juga tengah menyelesaikan pembangungan smelter untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp2,58 triliun. Anggaran capex tahun ini juga termasuk carry over dari tahun lalu yang belum terserap.
Tahun lalu penyerapan belanja modal hanya senilai Rp1,185 triliun dari total anggaran senilai Rp2,3 triliun. Pendanaan akan dirogoh baik dari kas internal perusahaan dan pinjaman dari perbankan, serta penerbitan obligasi. Adapun, rencana penerbitan obligasi masih mempertimbangkan kondisi dan pencapaian ke depan.
"Kami masih fokus untuk meningkatkan kapasitas produksi. Jadi tidak ada investasi aset yang lain-lain jadi hanya untuk meningkatkan kapasitas produksi yang artinya kami harus tumbuh lebih tinggi lagi," katanya.
TINS tercatat memiliki 2 smelter yang berlokasi Kota Mentok, Kabupaten Bangka Barat dan smelter yang berlokasi di Pulau Kundur dengan kapasitas produksi total masing-masing 42.000 metrik ton per tahun dan 12.000 metrik ton.
Selain itu, dalam upaya pengembangan bisnis, perseroan juga tengah membangun pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter)mineral logam tanah jarang atau rare earth dan menargetkan pengerjaan smelter ini diharapkan dimulai tahun depan.
Pengembangan proyek percontohan telah dilakukan di Tanjung Ular, Bangka untuk fasilitas pemisahan mineral jarang dari biji timah supaya bisa diolah menjadi individual mineral yang lebih baik dari logam timah sendiri.
Ke depannya TINS juga mempertimbangkan menambah cadangan timah di luar negeri. Perusahaan patungan telah dibentuk dengan perusahaan lokal TopWide Ltd di Abuja, Nigeria dan saat ini tengah melakukan eksplorasi.
TINS juga telah membentuk Timah International Investment Pte. Ltd. (Tinves) pada 2014. Timah menjadi pemegang 100% saham Tinves yang akan menjadi perusahaan khusus (special purpose vehicle/SPV) bagi perseroan dalam ekspansi bisnis ke luar negeri.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.