KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menjaga pertumbuhan dan ketahanan bisnis, tahun ini PT Timah Tbk (TINS) masih berupaya untuk menambah cadangan timah. Selain meningkatkan cadangan pada izin usaha pertambangan di Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Riau, emiten berkode saham TINS ini juga mempercepat ekspansi bisnis ke luar negeri.
“Kami juga akan terus mempercepat pelaksanaan program ekspansi bisnis ke luar negeri seperti di Nigeria serta mematangkan prospek kemungkinan ekspansi ke negera di sekitar Nigeria dan Myanmar,” kata Direktur Keuangan PT Timah Tbk, Emil Ermindra pada Kontan.co.id, Senin (14/1).
Terakhir, PT Timah masih memiliki cadangan aluvial sebesar 377.549 ton atau masih bisa bertahan sampai 10 tahun ke depan. Tambang timah milik TINS yang berlokasi di Nigeria memiliki cadangan mencapai 35.000 ton per tahun.
Untuk melancarkan rencana ekspansi itu, mereka sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 2,3 triliun. Emil bilang, manajemen akan menggunakan belanja modal ini untuk meningkatkan kapasitas operasi dan produksi.
“Seperti pengembangan teknologi untuk menambang, perbaikan dan penambahan alat-alat operasi pertambangan, termasuk penambahan kapal, peningkatan kapasitas produksi logam melalui penyempurnaan teknologi fuming dan penyelesaian modernisasi teknoloigi smelter dengan aplikasi teknologi ausmelt,” paparnya.
Sumber pendanaan untuk belanja modal TINS pada tahun ini akan diperoleh dari hutang bank serta laba perusahaan. Emil menambahkan, sebagai alternatif tambahan pihaknya juga tengah mengkaji adanya potensi untuk menerbitkan obligasi tahap kedua. “Namun belum kami putuskan, mengingat hal ini membutuhkan persiapan yang matang,” imbuhnya.
Sementara untuk tahun ini, TINS memasang target produksi bijih timah sebesar 38.600 ton. Dengan adanya peningkatan produksi ini, mereka membidik laba sebesar Rp 1 triliun pada 2019. Agar target laba ini tercapai, perusahaan bakal meningkatkan penjualan ekspor sebesar 20% ketimbang pencapaian tahun lalu.
”Tentu dengan didukung program perbaikan proses produksi, baik dalam menambang bijih timah maupun proses produksi logam yang lebih efisien sehingga akan menurunkan harga pokok penjualan,” sebut Emil.
Sejalan dengan peningkatan penjualan ekspor, TINS juga memperluas pemasaran negara tujuan maupun menambah jumlah pelanggan. Adapun negara-negara yang menjadi tujuan ekspor timah antara lain Asia yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina, dan SIngapura. Sementara untuk wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol, Italia, serta wilayah Amerika dan Kanada.
Dalam menjalankan bisnisnya, TINS juga terus mengoptimalkan sinergi dengan holding pertambangan, mengoptimalkan pengembangan anak usaha, mengoptimalkan aset strategis non-operasional perusahaan melalui bisnis properti. Dari bisnis properti mereka mengharapkan mampu berkontribusi sebesar 5% hingga 10% untuk tahun ini.
Emil menambahkan, mereka selalu berupaya untuk memaksimalkan asset yang dimiliki. “Kami juga terus mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan yang ada, serta memanfaatkan peluang penambangan timah luar negeri,” tuturnya.
Dalam wawancara sebelumnya, Emil bilang, semakin tipisnya cadangan bijih timah aluvial di darat serta semakin sulit dan mahalnya biaya pembebasan tanah mendorong TINS melakukan ekspansi sampai ke luar negeri.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.