Trinitan Metals (PURE) Berhasil Cetak Nikel Kadar Tinggi, Apa Rahasianya?
Bisnis.com, JAKARTA – Emiten sektor tambang PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE) telah menyelesaikan proses uji kelayakan untuk ekstraksi nikel menggunakan teknologi Hidrometalurgi Roasting-Leaching-Electrowinning Process (RLEP).
Direktur Operasional Trinitan Metals and Minerals Widodo Sucipto mengatakan bahwa teknologi hidrometalurgi RLEP mampu menghasilkan nikel murni berkadar 99,96 persen atau nikel kelas satu.
Produk ini, lanjutnya, dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasi industri mobil listrik nasional, sekaligus mendukung program pemerintah terkait hilirisasi nikel agar dapat mendatangkan keuntungan besar bagi bangsa Indonesia.
“Setelah merampungkan proses uji kelayakan, perseroan membuka kesempatan kerjasama selebar-lebarnya dengan para penambang yang ingin mengolah ore nikel kadar rendah bahkan hingga kadar 1,0 persen,” katanya dalam siaran resmi Kamis (9/4/2020).
Emiten yang bergerak dalam industri pengolahan metal dan mineral tersebut mengklaim bahwa teknologi baru yang mereka kembangkan mampu mengolah bijih (ore) nikel laterit kadar 1,0 persen sekalipun menjadi logam nikel murni berkadar 99,96 persen.
Hydro Project Leader Trinitan Metals and Minerals Marjohan Satria menjelaskan bahwa teknologi RLEP berbeda dengan teknologi Hidrometalurgi yang umum digunakan oleh smelter di Indonesia saat ini, yakni High Pressure Acid Leaching (HPAL).
“Teknologi RLEP mampu memproduksi nikel murni berkadar 99,96 persen [nikel kelas satu] lebih cepat dan dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Bahkan yield nikel dapat mencapai 95 persen,”imbuhnya.
Selain itu, Marjohan juga menerangkan bahwa proses pemurnian nikel menggunakan teknologi RLEP melewati tiga langkah utama. PURE, lanjutnya, memastikan bahwa tidak ada limbah padat maupun cair yang terbuang dan berpotensi merusak lingkungan dalam pengaplikasian teknologi RLEP ini.
"Limbah residu padat yang dihasilkan dari pemurnian nikel akan diolah kembali menjadi bata untuk bangunan. Bahan kimia Sulfuric Acid yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi juga dapat didaur ulang terus menerus sehingga biaya operasi dapat menjadi jauh lebih rendah," paparnya.
Untuk diketahui, dalam laporan McKinsey pada tahun 2017 yang berjudul "The Future of Nickel: A Class Act" tersebut, permintaan nikel kelas satu diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 akibat pesatnya perkembangan industri mobil listrik global.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.